Pendidikan Anak Usia Dini
Bahasa ialah alat komunikasi tapi bahasa anak usiadini tidak banyak orang mengerti. Nah.. mungkin Anda salah satunya. Bagaimana Anda bisa berkomunikasi dengan belum dewasa anda yang masih dalam usia dini bila Anda tidak mengerti bahasa anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) ialah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya training yang ditujukanbagi anak semenjak lahir hingga dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmanidan rohani semoga anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan,
yaitu :
1. perkembangan moral dan agama,
2. perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
3. kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta),
4. sosio emosional (sikap dan emosi)
5. bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan
sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini ibarat yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu :
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga mempunyai kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan berguru (akademik) di sekolah, sehingga sanggup mengurangi usia putus sekolah dan bisa bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.
Rentangan anak usia dini berdasarkan Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 ialah 0-6 tahun. Sementara berdasarkan kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan semenjak usia 0-8 tahun (masa emas).
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
Infant (0-1 tahun)
Toddler (2-3 tahun)
Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan sanggup menyebarkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan sanggup berkomunikasi dengan orang lain. Anak sanggup mengekspresikan pikirannya memakai bahasa sehingga orang lain sanggup menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak sanggup terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak sanggup membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Bahasa sanggup dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun goresan pena dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa meliputi komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta sanggup dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan berguru yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum ia berguru pengetahuan-pengetahuan lain, ia perlu memakai bahasa semoga sanggup memahami dengan baik . Anak akan sanggup menyebarkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Implementasi Pengembangan Bahasa
Bahasa Anak Usia Dini
Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari banyak sekali teori yang dikemukakan para ahli. Berbagai pendapat tersebut tentu saja tidak semuanya sama, namun perlu dipelajari semoga pendidik sanggup memahami apa saja yang mendasari dalam penerapan pengembangan bahasa pada anak usia dini. Pemahaman akan banyak sekali teori dalam pengembangan bahasa sanggup mensugesti dalam menerapkan metoda yang sempurna bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri sehingga dibutuhkan pendidik bisa mencari dan menciptakan materi pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Adapun beberapa teori yang sanggup dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa adalah:
1) Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh sikap yang dibuat oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran sanggup mensugesti pikiran, perasaan, dan sikap anak secara bertahap. Perilaku positif bila diperkuat cenderung untuk diulangi lagi alasannya ialah pemberian penguatan secara bersiklus dan diubahsuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk sikap anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana hingga pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memperlihatkan respon pada setiap pembelajaran dan sanggup segera memperlihatkan balikan. Di sini Pendidik perlu memperlihatkan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan kebanggaan atau hadiah.
2) Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada ketika seorang anak lahir, ia telah mempunyai seperangkan kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapat banyak rangsangan, anak akan tetap sanggup mempelajarinya. Anak tidak sekedar menjiplak bahasa yang ia dengarkan, tapi ia juga bisa menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini alasannya ialah anak mempunyai sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori ini besar lengan berkuasa pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapat model pembelajaran bahasa semenjak dini. Anak akan berguru bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.
3) Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibuat dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak mempunyai perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa ialah anak akan sanggup berguru dengan optimal bila diberikan kegiatan sementara anak melaksanakan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih renta usianya atau orang terpelajar balig cukup akal yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak memakai kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh alasannya ialah itu pendidik perlu memakai metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan memakai bahasa yang berkualitas.
Permainan yang sanggup mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan bunyi kaset, membaca kisah (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua acara yang sanggup merangsang kemampuan anak dalam berbahasa sanggup diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik sanggup berimprovisasi dan menyebarkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa kegiatan yang sanggup dilakukan untuk menyebarkan kemampuan berbahasa anak seperti:
1) Permainan ”Pilih Satu Benda”: dilakukan dengan membagi anak dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok mendapat 10 macam benda. Anak kemudian diminta untuk menentukan 5 dari 10 benda tersebut. Anak bisa memikirkan mana benda-benda yang lebih penting. Setelah beberapa saat, anak diminta untuk menentukan 3 dari 5 benda tadi, balasannya diminta menentukan 1 benda saja. Kemudian setiap kelompok diminta berbicara untuk memperlihatkan alasan mengapa mereka menentukan benda tersebut. Tujuan permainan tersebut ialah melatih ketrampilan berbicara.
2) Permainan “Menebak Suara Binatang”: dilakukan dengan memperlihatkan tulisan/gambar kepada setiap anak dan dihentikan dibuka sebelum diperintahkan tutor. Kemudian setiap anak harus bersuara ibarat hewan yang ada di dalam kertas yang diperolehnya (anak dihentikan berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari pasangan bunyi yang sama. ”Siapa yang tidak mendapat pasangan ? Tebak nama hewan itu !”. Tujuannya ialah membaca kata sederhana wacana nama hewan dan mengenali bunyi.
3) Permainan ”Moving family”: dilakukan dengan memposisikan belum dewasa duduk dalam sebuah bundar kemudian memperlihatkan mereka kepingan kertas bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian pendidik menyebutkan goresan pena itu, contohnya ”ayah”, maka anak yang membawa goresan pena ayah sanggup berdiri. Ketika pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang membawa goresan pena ibu berdiri, dan ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka semua anak baik yang memegang goresan pena ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdiri berdekatan. Tujuan permainan ini ialah mengenalkan goresan pena untuk dibaca, mendengarkan bunyi.
4) Permainan ”Memancing Kata”: Anak memancing kartu kata. Kata yang didapat anak kemudian dituliskan dalam secarik kertas. Tujuan : mengenalkan anak pada huruf-huruf, melatih anak untuk menulis kata.
5) Permainan ”Menyeberang Sungai”: Dua anak diminta memegang ujung-ujung tali, kemudian menggerak-gerakkan tali itu di lantai. Sementara itu belum dewasa lain bertanya,”Buaya, buaya, bolehkah saya menyeberang sungaimu ? Anak yang memegang tali bisa menjawab dengan mengajukan syarat tertentu bagi anak yang ingin menyeberang. Misalnya,” Ya boleh, bila kau mengenakan kaos berwarna putih”. Maka anak yang berkaos putih sanggup segera melompati tali yang digoyang-goyang. Demikian berulang-ulang dengan persyaratan yang diajukan oleh pemegang tali berbeda-beda. Tujuannya: menyebarkan kemampuan berbahasa anak.
6) Permainan ”Cerita Yang Diperagakan”: Pendidik dan anak menyusun suatu kesepakatan, bahwa pendidik akan membacakan cerita, dan bila menyebutkan kata-kata tertentu, maka anak telah setuju untuk membentuk gerakannya.
Gua : mencari pasangan dan bergandengan berdua ditambah 1 anak lain di tengah
Naga : bergandengan tangan membentuk ekspresi naga
Api : semua penerima boleh berganti peran
Pohon : berdiri tegak dihentikan bergerak ibarat pohon.
Setelah itu pendidik mulai bercerita, dan setiap kata-kata ”naga”, ”gua”, ”api”, dan ”pohon” muncul, maka anak memperlihatkan gerakan yang telah disepakati.
Tujuan : keterampilan mendengarkan, menambah kosa kata.
7) Permainan ”Menulis Dengan Badan”: Anak diminta membayangkan bahwa tubuhnya sebagai pensil, sehingga anak sanggup menulis huruf memakai badannya. Anak bergerak sesuai bentuk huruf. Anak yang lain diminta menebak. Kegiatan ini sanggup dikembangkan dengan kata dalam beberapa huruf, contohnya : madu, dsb. Tujuan : melatih menulis dan membaca huruf. Contoh acara permainan di atas sanggup menyebarkan kemampuan berbahasa anak, pendidik perlu menyesuaikan kegiatan dengan perkembangan kemampuan anak dan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
Pertanyaan yang Sering Muncul
”Saya ingin anak saya sanggup membaca dan menulis secepat mungkin, bagaimana caranya?”
Dasar-dasar permulaan membaca dan menulis dimulai semenjak lahir dan berkembang terus menerus sepanjang hidup. Di usia yang sangat dini belum dewasa mulai berguru bahasa lisan ketika mendengar anggota keluarganya berbicara, tertawa, bernyanyi dan ketika orang disekitarnya menanggapi semua celotehannya. Demikian pula ia mulai memahami bahasa goresan pena ketika mendengar orang terpelajar balig cukup akal membacakan kisah untuknya serta melihat anggota keluarganya membaca majalah, surat kabar, dan buku-buku. Kegiatan-kegiatan ini dihadirkan dalam suasana yang hangat, penuh cinta kasih dan bebas tekanan sehingga kegiatan membaca dan menulis menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Sangatlah penting untuk dipahami bahwa tujuan utama menyebarkan kemampuan membaca dan menulis kepada belum dewasa ialah mengenalkan mereka pada kekuatan dan kesenangan membaca dan menulis. Kecintaan membaca dimulai ketika orangtua memeluk anak dan membacakan kisah dengan ekspresif. Keakraban dalam gotong royong menikmati buku dan kisah memperkuat ikatan emosional, membantu anak dalam mempelajari kata dan konsep baru, dan merangsang pertumbuhan otak anak. Semangat untuk menulis ditumbuhkan dengan memperlihatkan kesempatan kepada anak menggambar dan mencoret-coret. Gambar dan coretan anak ialah goresan pena pertamanya, lambat laun seiring dengan perkembangannya anak akan menulis huruf-huruf. Melalui sumbangan dan dorongan dari orang-orang yang dekat di sekitarnya anak menapaki langkah besar menjadi seorang penulis.
Penutup
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting alasannya ialah dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan sanggup meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk menyebarkan kemampuan berbahasa anak, memperlihatkan referensi penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menuntaskan duduk perkara melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan kasatmata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai sentra pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Anak berguru bahasa perlu memakai banyak sekali taktik contohnya dengan permainan-permainan yang bertujuan menyebarkan bahasa anak dan penggunaan media-media yang bermacam-macam yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapat pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi bab dalam hidup anak.
Related Posts