Penghijauan Dalam Al-Qur'an

Penghijauan Dalam al-Qur'an- Apakah Alam Sudah Enggan Besahabat ???
Dalam Al-Quran berbagai diceritakan wacana tragedi alam dan tragedi yang menimpa orang-orang terdahulu. Dan, semua tragedi alam dan tragedi besar yang pernah menimpa insan diterangkan dalam Al-Quran, ialah selalu terkait dengan kekufuran dan keingkaran insan itu sendiri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Seperti firman Allah dalam surah Asy Syura ayat 30 yang artinya, “Dan apa tragedi alam yang menimpa kau maka ialah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Herannya, tragedi ekologis yang diakibatkan oleh kabut asap bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi rutin terjadi setiap tahun. Penyebabnya pun sudah terdeteksi, di antaranya jawaban land clearing sejumlah perkebunan besar di Riau.

Begitu besar hati dengan dosa, terus mengulang-ulang kesalahan yang sama, hingga alam enggan erat dengan manusia. Hal ini menyerupai firman Allah yang artinya, “Dan hendaklah kau meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kau mengerjakan yang demikian), pasti Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) hingga kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang memiliki keutamaan (balasan) keutamaannya (di alam abadi nanti)”(Qs. Hûd: 3)

Dalam ayat lain Allah juga berfirman yang artinya, “Tidak ada sesuatu tragedi alam pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, pasti Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu”(Qs. at-Taghâbun: 11)
Wahai anak manusia, tidak takutkah engkau dengan azab yang pedih dari Allah? Alam terus di rusak demi kepentingan duniawi. Bertaubatlah, sebelum Allah semakin marah lantaran bosan dengan tingkah insan yang tak menghargai Sang Pencipta.Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat tersebut menganjurkan insan untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.
Allah berfirman dalam Al-quran, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah berfirman :
… وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Terjemahnya :… dan janganlah kau membuat kerusakan di muka bumi setelah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu kalau betul-betul kau orang-orang yang beriman”.
Quran berbagai diceritakan wacana tragedi alam dan tragedi  yang menimpa orang Penghijauan Dalam al-Qur'an

Penghijauan Dalam Islam.

Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam ialah perhatian akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
… قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya : “…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tumbuhan itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tumbuhan itu ialah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَان دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(99)
Terjemahnya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, kemudian kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tumbuhan yang menghijau, Kami keluarkan dari tumbuhan yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada gejala (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
 
Ada dua pertimbangan fundamental dari upaya penghijauan ini, yaitu :
(a) pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80): 24-32, sebagai berikut :
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ( 25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا (26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا (28) وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا (29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31) مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ()32
Terjemahnya : maka hendaklah insan itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, kemudian Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.  
b) pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml (27): 60, sebagai berikut :
أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ(60)
Terjemahnya : Atau siapakah yang telah membuat langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, kemudian Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kau sekali-kali tidak bisa menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada ilahi (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka ialah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). 
Maka lihatlah pada ungkapan ini  “kebun-kebun yang sangat indah” yang berarti menyejukkan jiwa, mata dan hati dikala memandangnya. Setelah Allah swt, memaparkan nikmat-nikmat-Nya, baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-Nya أنظروا إلى ثمره إذ أثمر وينعه“lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya” (QS. 6 : 99).

Imam al-Qurtubi, menyampaikan di dalam tafsirnya ; “Bertani serpihan dari fardhu kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan insan untuk melakukannya, salah satu bentuk perjuangan itu ialah dengan menanam pohon.” 
Demikian Ayat-ayat mengenai Penghijaun dan Pelesatrian Lingkungan Yang telah dianjurkan oleh Islam, Hal ini guna menanggulangi terjadinya pencemaran Lingkungan lewat kabut Asap, polusi udara dan keburukan lainnya yang disebabkan lantaran tidak adanya penghijauan dibuni ini. 
Related Posts