Teori-Teori Pendidikan (Klasik, Personal Dan Interaksional)
Teori-Teori Pendidikan (Klasik, Personal dan Interaksional)- Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais =anak, gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menunjukkan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi ‘education’ (Yunani, educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun semoga tumbuh dan berkembang.
A. Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik ialah pendidikan yang dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari perkiraan bahwa seluruh warisan budaya (pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh pemikir terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi memelihara atau meneruskan ke genenerasi berikutnya (Sukmadinata, 2009:7). Makara guru tidak perlu susah-susah mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai gres lantaran semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya pada siswa.
Dalam teori pendidikan klasik lebih menekankan pada isi pendidikan daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan tersebut diambil dari disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan oleh para hebat terdahulu (Sukmadinata, 2009:8).
Dalam pendidikan klasik kiprah guru dan pengembang kurikulum ialah menentukan dan menyajikan materi sesuai dengan tingkat perkembangan perserta didik. Sebelum menyampaikannya pada penerima didik pendidik harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh lantaran kiprah pendidik bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai.
Ada dua model konsep pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme. Keduanya mempunyai pandang yang sama wacana masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis.
Filsafat Perenalisme memandang bahwa situasi di dunia sampaumur ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian terutama dalam hal moral intelektual dan sosio kultural. Untuk mengatasi kekacau tersebut para kaum perenialis mengatasinya dengan cara berjalan mundur kebelakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup masyarakat kuno. Mereka lebih berorentasi ke masa lampau dan kurang mementingkatkan tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang pada kini (Sukmadinata, 2009:8). Mereka percaya bahwa pandangan tersebut mempunyai kualitas yang sanggup dijadikan tuntutan hidup (Sadulloh, 2012:151). Di dalam dunia yang tidak menentu menyerupai kini ini tidak ada satupun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam sikap pendidik.
Dalam pendidikan perenialisme ini lebih menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Sedangkan kurikulum berdasarkan para kaum perenalis harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “terpelajar secara kultur” lantaran seni dan sains merupakan karya terbaik paling signifikan yang diciptakan insan Contohnya adalan Pendidikan Pondok Pesantren.
2. Esensialisme
Esensialisme berkembang di Amerika Serikat dalam mayarakat industri. Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humnistis. Mereka lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan gnerasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi pada masa kini dan yang akan datang. Isi pengajaran lebih diarahkan kepada pembentukam keterampilan dan pengembangan kemampuan vocational. Para esensial bersifat simpel mengutamakan kerja, mereka menghargai seni, keindahan dan humanistis sepanjang hal itu mendukung kehidupan sehari-hari, kehidupan produktif. Tujuan utama pendidikan, berdasarkan para esensialis ialah (1) memperoleh pekerjaan yang lebih baik, (2) sanggup bekerja sama lebih baik dengan orang dari aneka macam tingkatan/lapisan masyarakat (3) memperoleh pengahasilan lebih banyak. Mereka berfikiran simpel bahwa pendidikan ialah jalan untuk mencapai sukses dalam kehidupan, terutama sukses secara hemat (Sukmadinata, 2009:9).
B. Pendidikan pribadi/Personal
Teori pendidikan pribadi bertolak dari perkiraan bahwa semenjak dilahirkan anak telah mempunyai potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus sanggup membuatkan potensi-potensi yang dimiliki penerima didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat penerima didik. Dalam hal ini, penerima didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan penerima didik.
Teori ini mempunyai dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey –memandang bahwa penerima didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman penerima didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksikan terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia sanggup memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan hebat dalam metodologi dan membantu perkembangan penerima didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau wacana tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– mempunyai nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri.Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
Pendidikan klasik ialah pendidikan yang dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari perkiraan bahwa seluruh warisan budaya (pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh pemikir terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi memelihara atau meneruskan ke genenerasi berikutnya (Sukmadinata, 2009:7). Makara guru tidak perlu susah-susah mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai gres lantaran semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya pada siswa.
Dalam teori pendidikan klasik lebih menekankan pada isi pendidikan daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan tersebut diambil dari disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan oleh para hebat terdahulu (Sukmadinata, 2009:8).
Dalam pendidikan klasik kiprah guru dan pengembang kurikulum ialah menentukan dan menyajikan materi sesuai dengan tingkat perkembangan perserta didik. Sebelum menyampaikannya pada penerima didik pendidik harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh lantaran kiprah pendidik bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai.
Ada dua model konsep pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme. Keduanya mempunyai pandang yang sama wacana masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis.
Lihat juga: Pengertian Pendidikan
1. PerenialismeFilsafat Perenalisme memandang bahwa situasi di dunia sampaumur ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian terutama dalam hal moral intelektual dan sosio kultural. Untuk mengatasi kekacau tersebut para kaum perenialis mengatasinya dengan cara berjalan mundur kebelakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup masyarakat kuno. Mereka lebih berorentasi ke masa lampau dan kurang mementingkatkan tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang pada kini (Sukmadinata, 2009:8). Mereka percaya bahwa pandangan tersebut mempunyai kualitas yang sanggup dijadikan tuntutan hidup (Sadulloh, 2012:151). Di dalam dunia yang tidak menentu menyerupai kini ini tidak ada satupun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam sikap pendidik.
Dalam pendidikan perenialisme ini lebih menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Sedangkan kurikulum berdasarkan para kaum perenalis harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “terpelajar secara kultur” lantaran seni dan sains merupakan karya terbaik paling signifikan yang diciptakan insan Contohnya adalan Pendidikan Pondok Pesantren.
2. Esensialisme
Esensialisme berkembang di Amerika Serikat dalam mayarakat industri. Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humnistis. Mereka lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan gnerasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi pada masa kini dan yang akan datang. Isi pengajaran lebih diarahkan kepada pembentukam keterampilan dan pengembangan kemampuan vocational. Para esensial bersifat simpel mengutamakan kerja, mereka menghargai seni, keindahan dan humanistis sepanjang hal itu mendukung kehidupan sehari-hari, kehidupan produktif. Tujuan utama pendidikan, berdasarkan para esensialis ialah (1) memperoleh pekerjaan yang lebih baik, (2) sanggup bekerja sama lebih baik dengan orang dari aneka macam tingkatan/lapisan masyarakat (3) memperoleh pengahasilan lebih banyak. Mereka berfikiran simpel bahwa pendidikan ialah jalan untuk mencapai sukses dalam kehidupan, terutama sukses secara hemat (Sukmadinata, 2009:9).
B. Pendidikan pribadi/Personal
Teori pendidikan pribadi bertolak dari perkiraan bahwa semenjak dilahirkan anak telah mempunyai potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus sanggup membuatkan potensi-potensi yang dimiliki penerima didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat penerima didik. Dalam hal ini, penerima didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan penerima didik.
Teori ini mempunyai dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey –memandang bahwa penerima didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman penerima didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksikan terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia sanggup memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan hebat dalam metodologi dan membantu perkembangan penerima didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau wacana tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– mempunyai nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri.Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik wacana peranan pendidikan dalam memberikan informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, lantaran yang diutamakan dalam teknologi pendidikan ialah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Teknologi pendidikan lebih berorientasi ke masa kini dan yang akan datang, tidak menyerupai pendidikan klasik yang lebih melihat ke masa lalu. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi dan sangat diwarnai oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Hal itu memang sangat masuk akal, lantaran teknologi pendidikan bertolak dari dan merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan. Teknologi telah masuk ke semua segi kehidupan, termasuk dalam pendidikan.
Menurut pandangan klasik, pengalaman insan itu bersifat menetap, sama dari tahun ke tahun. Berbeda dengan pandangan teknologi pendidikan, pengalaman insan itu selalu berubah, hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Kehidupan dan perkembangan itu selalu baru.
Menurut teori ini, pendidikan ialah ilmu dan bukan seni, pendidikan ialah cabang dari teknologi ilmiah. Dengan pengembangan desain program, pendidikan menjadi sangat efisien. Efisiensi merupakan salah satu cirri utama teknologi pendidikan. Dalam pengembangan desain program, teknologi pendidikan juga melibatkan penggunaan perangkat keras, alat-alat audiovisual dan media elektronika. Dalam konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim hebat bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data objektif dan keterampilan-keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain kegiatan dan disampaikan dengan menggunakan pertolongan media elektronik dan para siswa berguru secara individual. Siswa berusaha untuk menguasai sejumlah besar materi dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera dipakai dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai administrator belajar, lebih banyak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan. Apabila dipakai media elektronika, guru terbebas dari kiprah pengembangan segi-segi nonintelektual.
Kurikulum teknologi pendidikan menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuanan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari dan termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para hebat dan atau guru-guru yang mempunyai kemampuan membuatkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran hingga dengan rincian materi bimbing yang dipelajari siswa, yang tersusun dalam satuan-satuan materi ajar. Dalam satuan-satuan materi bimbing tersebut tercakup pula kegiatan pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
Teknologi pendidikan sanggup didefinisikan dengan begagai macam formulasi. Tidak ada satupun fomulasi yang paling benar, lantaran aneka macam formulasi saling mengisi (Yusufhadi Miarso, 2004: 6). Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi mencakup manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan organisasi. Teknologi pendidikan menggunakan pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan masalah proses belajar.teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis aneka macam macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pngelolaan dan penggunaan sumber tersebut. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara rasional berkembang dan berintegrasi dalam aneka macam kegiatan pendidikan.
Teknologi pendidikan merupakan spesialisasi lebih lanjut dari ilmu pendidikan yang terutama berkepentingan dalam mengatasi masalah berguru pada manusia, dengan memanfaatkan aneka macam macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep system dalam perjuangan pemecahannya itu. Penggarapan ditopang dengan sejumlah teori, model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin lain menyerupai ilmu perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep system, dan lain-lain yang tidak sanggup diperinci satu per satu. Penggarapan ini dilakukan dengan sistematik dan sistemik. Teknologi pendidikan berusaha menjelaskan, meringkaskan, member orientasi, dan mensistematiskan gejala, konsep, teori yang saling berkaitan, dan menggabungkannya menjadi satu, yang merupakan pendekatan isomeristik, yaitu pendekatan yang menekankan pada perlunya ada daya lipat atau sinergi. Teknologi pendidikan juga berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan, dan mencari cara-cara gres yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat insan untuk memperbaiki dirinya.
D. Pendidikan Interaksional
Pendidikan Interaksional dikembangkan berdasarkan pemikiran filsafat pragmatisme dimana masyarakat (manusia) sebagai pusat. Makara pendidikan mengacu kepada perkembangan masyarakat.
Diana Lapp (1975: 195-215) menguraikan pandangan mengenai pendidikan interaksional berdasarkan identifikasi pendidikan, pendidikan interaksional bersifat radikal yakni mengacu kepada akar proses pendidikan (apa dan mengapa), dan pendidikan tersebut bersifat humanistik yakni bahwa insan sebagai makhluk sosial yang perkembangan potensinya dipengaruhi oleh ketergantungan dengan orang lain. Konteksnya ialah masyarakat manusia. Interaksi yang dimaksud ialah hasil berguru yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan murid, interaksi antara murid dengan content, dan interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya.
Hasil berguru yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan siswa berdasarkan pandangan interaksional ialah adanya obrolan antara guru dan siswa, berguru ada dalam pertukaran obrolan tersebut. Belajar tidak sekedar mengumpulkan fakta, tetapi lebih kepada pengalaman dalam mengerti fakta yang diinterpretasikan ke dalam keseluruhan konteks kehidupan.
Interaksi antara siswa dengan content memberi arti bahwa content mengarahkan siswa untuk mempertanyakan apa (fakta), bagaimana (keterampilan) dan mengapa (tujuan/arti). Dengan demikian timbul kesadaran diri dan kesadaran sosial, bagaimana saya sanggup memahami dunia saya? atau siapa saya di dunia ini?. Content merupakan aspek lingkungan siswa.
Interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya didasarkan pada kebenaran tidak pernah dianggap otentik sebelum dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila siswa telah mengalaminya, pengalaman tersebut dikembalikan kepada proses interaksi antara dirinya dengan pikirannya sehingga siswa memperoleh pandangan gres wacana kehidupan.
Tarunasena Makmur (2011) menyampaikan bahwa pandangan interaksional ini didasarkan pada pemikiran mengenai eksistensi insan dalam memandang kehidupan didunia yang berdasarkan teori wacana pengetahuan dan nilai yang dianutnya. Dia juga membagi empat sub mengenai pemikiran pendidikan interaksional:
1. Gambaran wacana Manusia
Dalam pemikiran interaksional, figur utama ialah insan yang berinteraksi dengan sesama dan dengan dunianya. Siapakah manusia?, bagaimana kemampuanya?, apa tujuan hidupnya?. Dalam kehidupan modern, justru banyak hal yang membatasi interrelasi antara sesama manusia. Tanpa disadari, kehidupan modern mengkotak-kotak manusia, sehingga diupayakan melalui pendidikan interaksional ini insan sadar akan ketergantungan dengan sesama manusia.
2. Pandangan Dunia
Manusia mempunyai citra konseptual wacana lingkungannya yang tidak hanya diketahui tetapi dijalani dengan sebaik-baiknya. Menurut pandangan interaksional bunyi tiap individu memberi bantuan terhadap bentuk budaya dunia yang berkembang, serta mencapai kematangan sehabis beberapa generasi. Pandangan dunia merupakan dasar yang penting untuk kelangsungan hidup. Manusia tidak akan melaksanakan sesuatu tanpa keberartian dimana setiap orang percaya dan mengharapkannya. Hanya melalui pembaharuan komunikasi dalam masyarakat, insan sanggup menemukan bab yang tidak berfungsi di dalam dunia, sehingga kemudian melahirkan proses gres yakni pandangan kemanusiaan. Tugas inilah yang merupakan kiprah pendidikan interaksional.
3. Teori wacana Pengetahuan
Pendidikan interaksional melihat kebenaran lebih dari sekedar metode ilmiah. Pengetahuan yang didasarkan pengamatan merupakan pengetahuan yang melibatkan kehidupan seseorang. Jika ingin memperoleh kebenaran yang dimengerti secara mendalam, maka dilakukan interaksi antara sesama manusia.
4. Nilai
Pemikiran wacana nilai dikembangkan melalui dua pandangan yakni metoda menyeleksi nilai dan karakteristik wacana nilai. Karena masyarakat berbeda satu dengan yang lain, maka pandangan interaksional menghormati dan mendorong tumbuhnya variasi nilai dalam masyarakat menyerupai mendapatkan majemuk pandangan wacana kebenaran. Pandangan interaksional mendukung perbedaan nilai menyerupai validitas institusi, proses politik, dan teknologi, dimana elemen-elemen ini mendukung nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat, yakni nilai-nilai cinta, kebenaran, kerja sama, kebebasan, dan tanggungjawab. Manusia setiap ketika berada dalam kebebasan dan mempunyai tanggung jawab atas perbuatannya. Kebebasan merupakan kaki jembatan yang menyeberangkan insan kepada tanggung jawab individu. Kemampuan seseorang memberi tanggapan, membentuk dasar masyarakat dan interaksi.
Keseluruhan dasar pemikiran interaksional tersebut memperoleh daerah tertinggi dalam memajukan umat manusia. Hal ini menuntut pemeliharaan lingkungan masyarakat, ketergantungan sosial, dan pengembangan intelektual.
Berdasarkan pemikiran tersebut kemudian oleh penganut interaksional dikembangkan teori pendidikan. Definisi pendidikan berdasarkan interaksional ialah menumbuhkan kesadaran kritis terhadap cara memandang realitas sehingga sanggup mengarahkan perbuatan menjadi efektif. Menurut Paulo Freire, insan ada lantaran mereka berada dalam situasi, dan keberadaannya lebih berarti tidak hanya memantulkan sosok bayangan dirinya melainkan lantaran melaksanakan sesuatu. Menurut penganut interaksional, pendidikan harus menemukan suatu kemungkinan yang belum teruji yang ada dalam situasi masa kini, yakni jalan untuk membantu siswa menemukan masyarakat gres dengan bentuk pendidikan baru.
Untuk mencapai bentuk pendidikan yang beriklim kemanusiaan dengan pementingan pada interaksi maka beberapa hal harus menerima perhatian yakni :
1. Masyarakat, pendidikan harus mengacu kepada unit-unit personal, kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa saling mengenal dan saling berhubungan dalam suasana kebenaran dan kolaborasi saling bergantung. Guru harus mengenal dan mempercayai, respek terhadap pengalaman dan kemampuan siswa. Penganut interaksional mentolerir individualisme dan mengajak keterbukaan terhadap aneka macam kepercayaan. Di antara masyarakat pendidikan diperkenalkan obrolan yakni percakapan yang mengandung kebenaran dalam masyarakat.
2. Situasi.
Belajar harus terletak dalam konteks aktual. Belajar sanggup terjadi dalam pekerjaan dan perdagangan dan dalam aneka macam kehidupan nyata. Ini merupakan proses kesadaran dalam situasi kehidupan yang unik. Dengan demikian arah pendidikannya ialah masa kini dan mengacu pada masa yang akan datang.
Apabila pendidikan merupakan proses untuk menemukan diri sendiri melalui interaksi dengan masyarakat, maka citra masyarakat tersebut harus terang bagi siswa. Siswa harus diberi kebebasan untuk mengeksplorasi realitas yang memungkinkan. Tujuan pendidikan interaksional ialah membantu siswa memperoleh kesadaran kritis mengenai realitas dalam masyarakatnya sehingga siswa mempunyai impian untuk memperbaiki lingkungan, masyarakat, dan budayanya.
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik wacana peranan pendidikan dalam memberikan informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, lantaran yang diutamakan dalam teknologi pendidikan ialah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Teknologi pendidikan lebih berorientasi ke masa kini dan yang akan datang, tidak menyerupai pendidikan klasik yang lebih melihat ke masa lalu. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi dan sangat diwarnai oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Hal itu memang sangat masuk akal, lantaran teknologi pendidikan bertolak dari dan merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan. Teknologi telah masuk ke semua segi kehidupan, termasuk dalam pendidikan.
Menurut pandangan klasik, pengalaman insan itu bersifat menetap, sama dari tahun ke tahun. Berbeda dengan pandangan teknologi pendidikan, pengalaman insan itu selalu berubah, hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Kehidupan dan perkembangan itu selalu baru.
Menurut teori ini, pendidikan ialah ilmu dan bukan seni, pendidikan ialah cabang dari teknologi ilmiah. Dengan pengembangan desain program, pendidikan menjadi sangat efisien. Efisiensi merupakan salah satu cirri utama teknologi pendidikan. Dalam pengembangan desain program, teknologi pendidikan juga melibatkan penggunaan perangkat keras, alat-alat audiovisual dan media elektronika. Dalam konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim hebat bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data objektif dan keterampilan-keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain kegiatan dan disampaikan dengan menggunakan pertolongan media elektronik dan para siswa berguru secara individual. Siswa berusaha untuk menguasai sejumlah besar materi dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera dipakai dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai administrator belajar, lebih banyak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan. Apabila dipakai media elektronika, guru terbebas dari kiprah pengembangan segi-segi nonintelektual.
Lihat juga : Pendidikan Luar Sekolah
Kurikulum teknologi pendidikan menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuanan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari dan termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para hebat dan atau guru-guru yang mempunyai kemampuan membuatkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran hingga dengan rincian materi bimbing yang dipelajari siswa, yang tersusun dalam satuan-satuan materi ajar. Dalam satuan-satuan materi bimbing tersebut tercakup pula kegiatan pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
Teknologi pendidikan sanggup didefinisikan dengan begagai macam formulasi. Tidak ada satupun fomulasi yang paling benar, lantaran aneka macam formulasi saling mengisi (Yusufhadi Miarso, 2004: 6). Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi mencakup manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan organisasi. Teknologi pendidikan menggunakan pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan masalah proses belajar.teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis aneka macam macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pngelolaan dan penggunaan sumber tersebut. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara rasional berkembang dan berintegrasi dalam aneka macam kegiatan pendidikan.
Teknologi pendidikan merupakan spesialisasi lebih lanjut dari ilmu pendidikan yang terutama berkepentingan dalam mengatasi masalah berguru pada manusia, dengan memanfaatkan aneka macam macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep system dalam perjuangan pemecahannya itu. Penggarapan ditopang dengan sejumlah teori, model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin lain menyerupai ilmu perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep system, dan lain-lain yang tidak sanggup diperinci satu per satu. Penggarapan ini dilakukan dengan sistematik dan sistemik. Teknologi pendidikan berusaha menjelaskan, meringkaskan, member orientasi, dan mensistematiskan gejala, konsep, teori yang saling berkaitan, dan menggabungkannya menjadi satu, yang merupakan pendekatan isomeristik, yaitu pendekatan yang menekankan pada perlunya ada daya lipat atau sinergi. Teknologi pendidikan juga berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan, dan mencari cara-cara gres yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat insan untuk memperbaiki dirinya.
D. Pendidikan Interaksional
Pendidikan Interaksional dikembangkan berdasarkan pemikiran filsafat pragmatisme dimana masyarakat (manusia) sebagai pusat. Makara pendidikan mengacu kepada perkembangan masyarakat.
Diana Lapp (1975: 195-215) menguraikan pandangan mengenai pendidikan interaksional berdasarkan identifikasi pendidikan, pendidikan interaksional bersifat radikal yakni mengacu kepada akar proses pendidikan (apa dan mengapa), dan pendidikan tersebut bersifat humanistik yakni bahwa insan sebagai makhluk sosial yang perkembangan potensinya dipengaruhi oleh ketergantungan dengan orang lain. Konteksnya ialah masyarakat manusia. Interaksi yang dimaksud ialah hasil berguru yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan murid, interaksi antara murid dengan content, dan interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya.
Hasil berguru yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan siswa berdasarkan pandangan interaksional ialah adanya obrolan antara guru dan siswa, berguru ada dalam pertukaran obrolan tersebut. Belajar tidak sekedar mengumpulkan fakta, tetapi lebih kepada pengalaman dalam mengerti fakta yang diinterpretasikan ke dalam keseluruhan konteks kehidupan.
Interaksi antara siswa dengan content memberi arti bahwa content mengarahkan siswa untuk mempertanyakan apa (fakta), bagaimana (keterampilan) dan mengapa (tujuan/arti). Dengan demikian timbul kesadaran diri dan kesadaran sosial, bagaimana saya sanggup memahami dunia saya? atau siapa saya di dunia ini?. Content merupakan aspek lingkungan siswa.
Interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya didasarkan pada kebenaran tidak pernah dianggap otentik sebelum dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila siswa telah mengalaminya, pengalaman tersebut dikembalikan kepada proses interaksi antara dirinya dengan pikirannya sehingga siswa memperoleh pandangan gres wacana kehidupan.
Tarunasena Makmur (2011) menyampaikan bahwa pandangan interaksional ini didasarkan pada pemikiran mengenai eksistensi insan dalam memandang kehidupan didunia yang berdasarkan teori wacana pengetahuan dan nilai yang dianutnya. Dia juga membagi empat sub mengenai pemikiran pendidikan interaksional:
1. Gambaran wacana Manusia
Dalam pemikiran interaksional, figur utama ialah insan yang berinteraksi dengan sesama dan dengan dunianya. Siapakah manusia?, bagaimana kemampuanya?, apa tujuan hidupnya?. Dalam kehidupan modern, justru banyak hal yang membatasi interrelasi antara sesama manusia. Tanpa disadari, kehidupan modern mengkotak-kotak manusia, sehingga diupayakan melalui pendidikan interaksional ini insan sadar akan ketergantungan dengan sesama manusia.
2. Pandangan Dunia
Manusia mempunyai citra konseptual wacana lingkungannya yang tidak hanya diketahui tetapi dijalani dengan sebaik-baiknya. Menurut pandangan interaksional bunyi tiap individu memberi bantuan terhadap bentuk budaya dunia yang berkembang, serta mencapai kematangan sehabis beberapa generasi. Pandangan dunia merupakan dasar yang penting untuk kelangsungan hidup. Manusia tidak akan melaksanakan sesuatu tanpa keberartian dimana setiap orang percaya dan mengharapkannya. Hanya melalui pembaharuan komunikasi dalam masyarakat, insan sanggup menemukan bab yang tidak berfungsi di dalam dunia, sehingga kemudian melahirkan proses gres yakni pandangan kemanusiaan. Tugas inilah yang merupakan kiprah pendidikan interaksional.
3. Teori wacana Pengetahuan
Pendidikan interaksional melihat kebenaran lebih dari sekedar metode ilmiah. Pengetahuan yang didasarkan pengamatan merupakan pengetahuan yang melibatkan kehidupan seseorang. Jika ingin memperoleh kebenaran yang dimengerti secara mendalam, maka dilakukan interaksi antara sesama manusia.
4. Nilai
Pemikiran wacana nilai dikembangkan melalui dua pandangan yakni metoda menyeleksi nilai dan karakteristik wacana nilai. Karena masyarakat berbeda satu dengan yang lain, maka pandangan interaksional menghormati dan mendorong tumbuhnya variasi nilai dalam masyarakat menyerupai mendapatkan majemuk pandangan wacana kebenaran. Pandangan interaksional mendukung perbedaan nilai menyerupai validitas institusi, proses politik, dan teknologi, dimana elemen-elemen ini mendukung nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat, yakni nilai-nilai cinta, kebenaran, kerja sama, kebebasan, dan tanggungjawab. Manusia setiap ketika berada dalam kebebasan dan mempunyai tanggung jawab atas perbuatannya. Kebebasan merupakan kaki jembatan yang menyeberangkan insan kepada tanggung jawab individu. Kemampuan seseorang memberi tanggapan, membentuk dasar masyarakat dan interaksi.
Keseluruhan dasar pemikiran interaksional tersebut memperoleh daerah tertinggi dalam memajukan umat manusia. Hal ini menuntut pemeliharaan lingkungan masyarakat, ketergantungan sosial, dan pengembangan intelektual.
Berdasarkan pemikiran tersebut kemudian oleh penganut interaksional dikembangkan teori pendidikan. Definisi pendidikan berdasarkan interaksional ialah menumbuhkan kesadaran kritis terhadap cara memandang realitas sehingga sanggup mengarahkan perbuatan menjadi efektif. Menurut Paulo Freire, insan ada lantaran mereka berada dalam situasi, dan keberadaannya lebih berarti tidak hanya memantulkan sosok bayangan dirinya melainkan lantaran melaksanakan sesuatu. Menurut penganut interaksional, pendidikan harus menemukan suatu kemungkinan yang belum teruji yang ada dalam situasi masa kini, yakni jalan untuk membantu siswa menemukan masyarakat gres dengan bentuk pendidikan baru.
Untuk mencapai bentuk pendidikan yang beriklim kemanusiaan dengan pementingan pada interaksi maka beberapa hal harus menerima perhatian yakni :
1. Masyarakat, pendidikan harus mengacu kepada unit-unit personal, kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa saling mengenal dan saling berhubungan dalam suasana kebenaran dan kolaborasi saling bergantung. Guru harus mengenal dan mempercayai, respek terhadap pengalaman dan kemampuan siswa. Penganut interaksional mentolerir individualisme dan mengajak keterbukaan terhadap aneka macam kepercayaan. Di antara masyarakat pendidikan diperkenalkan obrolan yakni percakapan yang mengandung kebenaran dalam masyarakat.
2. Situasi.
Belajar harus terletak dalam konteks aktual. Belajar sanggup terjadi dalam pekerjaan dan perdagangan dan dalam aneka macam kehidupan nyata. Ini merupakan proses kesadaran dalam situasi kehidupan yang unik. Dengan demikian arah pendidikannya ialah masa kini dan mengacu pada masa yang akan datang.
Lihat juga : Pendidikan lingkungan hidup
3. Kesadaran kritis.Apabila pendidikan merupakan proses untuk menemukan diri sendiri melalui interaksi dengan masyarakat, maka citra masyarakat tersebut harus terang bagi siswa. Siswa harus diberi kebebasan untuk mengeksplorasi realitas yang memungkinkan. Tujuan pendidikan interaksional ialah membantu siswa memperoleh kesadaran kritis mengenai realitas dalam masyarakatnya sehingga siswa mempunyai impian untuk memperbaiki lingkungan, masyarakat, dan budayanya.
0 Response to "Teori-Teori Pendidikan (Klasik, Personal Dan Interaksional)"
Posting Komentar