Pokok-Pokok Filsafat Bab Ke-Iv Peralihan Dari Metafisika Ke Logika

Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-IV Peralihan dari Metafisika ke Logika- Pekan IV Dari Metafisika ke Logika.

28. Apakah Logika Itu?
Hari ini kita memulai cuilan kedua dari empat cuilan utama matakuliah kita. Di Bagian Satu, akar-akar pohon filsafat memberi kita wawasan penting mengenai metafisika, yang pada awalnya ditemukan oleh Sokrates, kemudian diungkap dengan jauh lebih lengkap oleh Kant. Seperti akar pohon yang hampir seluruhnya terpendam di tanah sehingga kita tidak sanggup melihatnya, sebagaimana adanya (sekurang-kurangnya tidak tanpa menumbangkan pohon), landasan metafisis pengetahuan kita pun terdiri atas sesuatu yang intinya tak sanggup diketahui oleh benak manusia. Dengan dilengkapi dengan wawasan ini, kini kita  sanggup menarik diri dari kedalaman metafisika yang kelam dan naik ke cuilan pohon filsafat yang membiarkan diri untuk diamati dengan lebih mudah.

 Hari ini kita memulai cuilan kedua dari empat cuilan utama matakuliah kita Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-IV Peralihan dari Metafisika ke Logika

Seperti yang kita perhatikan di Kuliah 1, “logika” filosofis itu bagaikan batang pohon. Namun, apakah budi itu? Saya ingin kalian turut menjawab pertanyaan ini untuk beberapa saat. Saya menduga, sebelum kalian mengikuti matakuliah ini kebanyakan dari kalian lebih mempunyai pandangan mengenai hakikat budi daripada mengenai hakikat filsafat pada umumnya. Jadi, saya harap pertanyaan diskusi ini akan agak lebih gampang daripada yang kita hadapi di Kuliah 1. Siapa yang mau mengajukan balasan pertama? Apakah budi itu?

Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-IV Peralihan dari Metafisika ke Logika

Mahasiswa H. “Saya pikir budi itu mirip sains: sama-sama dibutuhkan untuk mengajarkan kita fakta-fakta di dunia ini, sehingga kita tidak harus bersandar pada pendapat kita belaka.”

Logika memang berkaitan dengan sesuatu yang mempermudah kita dalam melihat hal-hal di balik opini kita sendiri. Akan tetapi, saya rasa saya tak mungkin setuju dengan anda bila anda hubungkan budi sedemikian bersahabat dengan fakta-fakta ilmiah. Namun demikian, saya bahagia anda mengatakannya, sebab pandangan yang keliru mengenai budi ini banyak dianut oleh mahasiswa yang gres berguru filsafat. Logika bahu-membahu sama sekali tidak mengajarkan kita fakta-fakta baru! Sesungguhnya, budi lebih ibarat metafisika daripada fisika bila hingga pada problem pengajaran fakta-fakta baru. Metafisika, sekurang-kurangnya bagi Kant, tidak menambah pengetahuan sama sekali, tetapi mencegah kekeliruan, mirip halnya akar-akar pohon tidak mengandung buah, namun perlu dipelihara untuk memastikan biar buahnya sehat. Begitu pula batangnya, logika. Alasan mengkaji metafisika dan budi bukanlah biar kita sanggup lebih mengetahui, melainkan supaya kita sanggup berguru mengungkapkan dengan lebih terperinci dan cermat pengetahuan yang kita peroleh dari sumber-sumber lain. Kalau tidak, kita sanggup mendapati diri membudidayakan wawasan yang terlihat anggun di luar, tetapi kedaluwarsa ketika kita “gigit”. Jadi, apakah budi itu?

Untuk mitra kawan yang ingin membaca lebih lengkap mengenai peralihan dari Metafisika Ke Logika silahkan diunduh link di bawah ini : 
Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-IV Peralihan dari Metafisika ke Logika [DOWNLOAD]
Mahasiswa I. “Logika yaitu proses berpikir selangkah demi selangkah, mirip yang selalu digunakan oleh ilmuwan yang baik.”

Saya rasa pandangan anda benar bahwa berpikir ilmiah harus logis; berpikir “selangkah demi selangkah”, yang mensyaratkan langkah-langkah yang harus diikuti berdasarkan suatu tatanan tertentu, tentu saja merupakan salah satu ciri utama segala hal yang logis. Kata “tatanan” (order) menyiratkan pertalian tertentu yang ada antara langkah-langkah berlainan yang kita ikuti dalam proses berpikir kita. Saya menganggap itulah maksud anda kala menyampaikan “selangkah demi selangkah”. Namun balasan anda memperlihatkan bahwa anda salah paham terhadap pertanyaan saya. Apakah kalian menyadarinya? Jika dalam Pengantar Sejarah seorang mahasiswa menanyai saya “Apakah sejarah itu?”, maka memadaikah balasan saya kepadanya bila menyampaikan “Sejarah yaitu sesuatu mengenai masa kemudian yang penting”? Adakah di antara kalian yang sedang mempelajari sejarah ketika ini yang sanggup memberi tahu saya apakah pemerian saya ihwal apa yang sedang anda pelajati itu akurat ataukah tidak? 

Mahasiswa J. “Kami berguru banyak mengenai peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi di masa lalu.”
Itukah tepatnya yang anda pelajari? Di semua matakuliah, para mahasiswa niscaya mempelajari hal-hal penting mengenai masa kemudian tanpa benar-benar mengkaji sejarah. Contohnya, di kuliah-kuliah terdahulu kita sudah mempelajari metafisika dengan menelaah ide-ide filsuf masa lalu, tetapi pengambilan pendekatan historis tidak berarti kita mengkaji sejarah begitu saja. Hal lain apa yang kalian pelajari di matakuliah sejarah?

Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-IV Peralihan dari Metafisika ke Logika

Mahasiswa J. “Sebagian pengajar menyajikan banyak sekali teori ihwal bagaimana perubahan historis pada aktualnya berlangsung, umpamanya perdebatan apakah sejarah itu mirip garis ataukah lingkaran. Juga, kita dibutuhkan untuk tidak sekadar mempelajari fakta-fakta masa lalu, tetapi mengapa fakta-fakta itu signifikan, dan bagaimana kita sanggup menafsirkannya dengan cara sebaik-baiknya.”
Related Posts