Tahap Perkembangan Psikologi Anak
Tahap Perkembangan Psikologi Anak-Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain:
1. TRUST vs MISTRUST (dari semenjak lahir-1 tahun)
Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka sanggup mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memperlihatkan kasih sayang dengan tulus, anak akan beropini bahwa dunianya (lingkungannya) sanggup mendapatkan amanah atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang renta kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan meragukan lingkungannya.
: Pendidikan Anak usia dini
2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT (antara 2-3 tahun)
Segera sesudah anak berguru ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) menerima kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melaksanakan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang renta dan guru yang bijaksana, maka anak akan menyebarkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang renta dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menjadikan perilaku ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang renta menghindari perilaku menciptakan aib anak apabila anak melaksanakan tingkah laris yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa aib biasanya akan menjadikan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri
3. INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun)
Kemampuan untuk melaksanakan partisipasi dalam banyak sekali acara fisik dan bisa mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua impian anak akan disetujui orang renta dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang gres saja diterimanya, tetapi kemudian timbul impian menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.
Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang renta dan guru memperlihatkan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak memiliki inisiatif dalam menghadapi problem yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.
Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk menerima daerah dalam kelompok seumurnya. Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang renta maupun gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai berguru atau melaksanakan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan bisa mengatasi problem yang dihadapinya. Bisnis Online
Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka sanggup mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memperlihatkan kasih sayang dengan tulus, anak akan beropini bahwa dunianya (lingkungannya) sanggup mendapatkan amanah atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang renta kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan meragukan lingkungannya.
: Pendidikan Anak usia dini
2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT (antara 2-3 tahun)
Segera sesudah anak berguru ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) menerima kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melaksanakan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang renta dan guru yang bijaksana, maka anak akan menyebarkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang renta dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menjadikan perilaku ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang renta menghindari perilaku menciptakan aib anak apabila anak melaksanakan tingkah laris yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa aib biasanya akan menjadikan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri
3. INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun)
Kemampuan untuk melaksanakan partisipasi dalam banyak sekali acara fisik dan bisa mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua impian anak akan disetujui orang renta dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang gres saja diterimanya, tetapi kemudian timbul impian menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.
Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang renta dan guru memperlihatkan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak memiliki inisiatif dalam menghadapi problem yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.
: Alasan mengapa anak suka berbohong
4. INDUSTRY vs INFERIORITY (6-11 tahun)Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk menerima daerah dalam kelompok seumurnya. Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang renta maupun gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai berguru atau melaksanakan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan bisa mengatasi problem yang dihadapinya. Bisnis Online
0 Response to "Tahap Perkembangan Psikologi Anak"
Posting Komentar