Inilah Ucapan Selamat Hari Raya Yang Diajarkan Oleh Nabi Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya

Inilah Ucapan Selamat Hari Raya yang Diajarkan Oleh Nabi dan Makna yang Terkandung Di Dalamnya- Di Indonesia setiap hari Idulfitri (Idul Fitri) datang semua orang mengucapkan selamat dengan majemuk cara. Ada yang dengan pantun serius, pantun plesetan, ungkapan yang sangat puitis, dll.
Nah, bagaimana yang dilakukan Nabi? Hampir semua ucapan yang beredar tidak ada riwayatnya kepada Rasulullah kecuali ucapan: Taqabbalallahu minaa wa minka, yang maknanya, “Semoga Allah SWT mendapatkan amal kami dan amal Anda.” Maksudnya mendapatkan di sini yaitu mendapatkan segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan.

 Inilah Ucapan Selamat Hari Raya yang Diajarkan Oleh Nabi dan Makna yang Terkandung Di Dal Inilah Ucapan Selamat Hari Raya yang Diajarkan Oleh Nabi dan Makna yang Terkandung Di Dalamnya
Berkata Al Hafidh Ibnu Hajar[Fathul Bari 2/446] : “Dalam “Al Mahamiliyat” dengan isnad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata (yang artinya) : Para sobat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kalau bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minkum (Semoga Allah mendapatkan dari kami dan darimu)”.
Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sobat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka kalau kembali dari shalat Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : Taqabbalallahu minnaa wa minka.
Beberapa shahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum, yang artinya puasaku dan puasa kalian. Makara ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan dari para sahabat.

Kemudian, untuk ucapan minal ‘aidin wal faizin itu sendiri yaitu salah satu ungkapan yang seringkali diucapkan pada hari raya fithri. Sama sekali tidak bersumber dari sunnah nabi, melainkan merupakan ‘urf (kebiasaan) yang ada di suatu masyarakat, dalam hal ini ya di Indonesia saja.

Sering kali kita salah kaprah mengartikan ucapan tersebut, alasannya biasanya diikuti dengan “mohon maaf lahir dan batin”. Makara seperti minal ‘aidin wal faizin itu artinya mohon maaf lahir dan batin. Padahal arti sesungguhnya bukan itu. Kata minal aidin wal faizin itu sebetulnya sebuah ungkapan keinginan atau doa. Tapi masih ada penggalan yang terlewat. Seharusnya lafadz lengkapnya yaitu ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin, artinya biar Allah mengakibatkan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung (menang).

Sedangkan Makna Minal `Aidin wal Faizin berdasarkan Prof. Dr. M. Quraish Shihab dari buku Lentera Hati “Minal `aidin wal faizin,” demikian keinginan dan doa yang kita ucapkan kepada sanak keluarga dan handai tolan pada Idul Fitri. Apakah yang dimaksud dengan ucapan ini ? Sayang, kita tidak sanggup merujuk kepada Al-Quran untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata `aidin, alasannya bentuk kata tersebut tidak sanggup kita temukan di sana. Namun dari segi bahasa, minal `aidin berarti “(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali.” Kembali di sini yaitu kembali kepada fitrah, yakni “asal kejadian”, atau “kesucian”, atau “agama yang benar”.

Setelah mengasah dan mengasuh jiwa – yaitu berpuasa – selama satu bulan, diperlukan setiap Muslim sanggup kembali ke asal kejadiannya dengan menemukan “jati dirinya”, yaitu kembali suci sebagai mana dikala ia gres dilahirkan serta kembali mengamalkan anutan agama yang benar. Ini semua menuntut keserasian hubungan, alasannya – berdasarkan Rasulullah – al-aidin al-mu’amalah, yakni keserasian dengan sesama manusia, lingkungan, dan alam.
Sementara itu, al-faizin diambil dari kata fawz yang berarti “keberuntungan” . Apakah “keberuntungan” yang kita harapkan itu Di sini kita sanggup merujuk pada Al-Quran, alasannya 29 kali kata tersebut, dalam banyak sekali bentuknya, terulang. Menarik juga untuk diketengahkan bahwa Al-Quran hanya sekali memakai bentuk afuzu (saya beruntung). Itupun menggambarkan ucapan orang-orang munafik yang memahami “keberuntungan” sebagai keberuntungan yang bersifat material (baca QS 4:73)

Bila kita telusuri Al-Quran yang berafiliasi dengan konteks dan makna ayat-ayat yang memakai kata fawz, ditemukan bahwa seluruhnya (kecuali QS 4:73) mengandung makna “pengampunan dan keridhaan Tuhan serta kebahagiaan surgawi.” Kalau demikian halnya, wal faizin harus dipahami dalam arti keinginan dan doa, yaitu biar kita termasuk orang-orang yang memperoleh ampunan dan ridha Allah SWT sehingga kita semua mendapatkan kenikmatan surga-Nya.

Salah satu syarat untuk memperoleh anugerah tersebut ditegaskan oleh Al-Quran dalam surah An-Nur ayat 22, yang berdasarkan sejarah turunnya berkaitan dengan kasus Abubakar r.a. dengan salah seorang yang ikut ambil cuilan dalam membuatkan informasi terhadap putrinya sekaligus istri Nabi, Aisyah. Begitu marahnya Abubakar sehingga ia bersumpah untuk tidak memaafkan dan tidak memberi proteksi apapun kepadanya.

Tuhan memberi petunjuk dalam ayat tersebut: Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kau tidak ingin Allah mengampunimu? Allah yaitu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 24:22).

Marilah kita saling berlapang dada, mengulurkan tangan dan saling mengucapkan minal `aidin wal faizin. biar kita sanggup kembali mendapatkan jati diri kita biar kita bersama memperoleh ampunan, ridha, dan kenikmatan surgawi. Amin
Itulah sekelumit Hadist dan keterangan ihwal Ucapan Selamat Hari Raya yang Diajarkan Oleh Nabi dan Makna yang Terkandung Di Dalamnya. Semoga kita sanggup mengamalkan apa yang telah  diajarkan oleh Nabi dan mendapatkan berkah dari doa tersebut. amiiin.
Related Posts