Pendidikan Filsafat Ibnu Rusyd
1. Agama dan Filsafat
Masalah agama dan falsafah atau wahyu dan kecerdikan ialah bukan hal yang gres dalam pemikiran islam, hasil pemikiran pemikiran islam wacana hal ini tidak diterima begitu saja oleh sebagian sarjana dan ulama islam. Telah tersebut diatas wacana reaksi Al-Ghazali terhadap pemikiran mereka seraya menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya sanggup digolongkan sebagai pemikiran sesat dan kufur.
Dalam ajaran-ajaran Ibn Rusyd terhadap reaksi dan sanggahan tersebut Ibnu Rusyd tampil membela keabsahan pemikiran yang membenarkan kesesuain pedoman agama dengan pemikiran falsafah. Ia menjawab semua keberatan imam Ghazali dengan argumen-argumen yang tidak kalah dari al-Ghazali sebelumya.
Menurut Ibnu Rusyd, Syara’ tidak bertentangan bertentangan dengan filsafat, lantaran fisafat itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar wacana alam empiris ini sebagai dalil adanya pencipta. Dalam hal ini syara’pun telah mewajibkan orang untuk mempergunakan akalnya, mirip yang terang dalam irman Allah : “Apakah mereka tidak memikirkan (bernalar)tentang kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-Araf: 185) dan firman Allah suiarah Al-Hasyr: 2 yang artinya: “Hendaklah kau mengambil Itibar (ibarat) wahai orang-orang yang berakal”. Bernalar dan ber’itibar hanya sanggup dimungkinkan dengan memakai kias akali, lantaran yang dimaksud dengan I’tibar itui tiadak lain dari mengambil sesuatu yang belum diktahui dari apa yang belum diketahui.
Qiyas akali merupakan suatu keperluan yang tidak sanggup dielakkan. Setiap pemikir wajib mempelajari kaidah-kaidah kias dn dalil serta mempelajari ilmu logika dan falsafah. Bernalar dengan kaidah yang benar akan membawa kepada kebenaran yang diajarkan agama, lantaran kebenaran tidak saling bertentangan, tapi saling sesuai dan menunjang.
Seperangkat pedoman yang disebut dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sesuatu yang pada lahirnya berbeda dengan filsafat, sehingga difahami bahwa filsafat itu bertentangan dengan agama. Dalam hal ini Ibnu Rusyd menjawab dengan konsep takwil yang lazim dipakai dalam masalah-masalah mirip ini. Dalam Al-Qur’an ada ayat-ayat yang harus difahami berdasarkan lahirnya, dilarang dita’wilkan dan ada juga yang harus dita’wilakan dari pengertian lahiriah.
Adapun kalau keterangan lahiriahnya sesuai dengan keterangan filsafat, ia wajib diterima berdasarkan adanya. Dan kalau tidak, ia harus dita’wilkan. Namun ta’wil itu sendiri tidak sembarang orang sanggup melakukannya atau disampaikan kepada siapa saja. Yang sanggup melaksanakan ta’wil itu ialah para filosof atau sebagian mereka, yakni orang-orang yang telah mantap dalam memahami ilmu pengetahuan. Adapun penyampaian ta’wil itu dibatasi pada orang-orang yang sudah yakin, tidak kepada selain mereka yang ampang menjadi kufur.
Agama islam kata Ibn Rusyd tidak mengandung dalam ajarannya hal-hal yang bersifat rahasia, mirip pedoman trinitas dalam agama Kristen. Semua ajarannya sanggup dipahami kecerdikan lantaran kecerdikan sanggup mengetahui segala yang ada. Dari itu, dogma dan pengetahuan akali merupakan kesatuan yang tidak bertentangan, lantaran kebenaran itu, pada hakikatnya ialah satu.Akan tetapi, dalam agama ada pedoman wacana hal-hal yang ghaib mirip malikat, kebangkitan jasad, sifat-sifat nirwana dan neraka dan lain-lain sebagainya yang tidak sanggup diapahami akal, maka hal-hal yang mirip itu kata Ibn Rusyd merupakan lambing atau simbolm bagi hakikat akali. Dalam hal ini, ia menyetujui pendapat imam al-Ghazali yang mengatakan, wajib kembali kepada petunjuk-petunjuk agama dalam hal-hal yang tidak bisa kecerdikan memahaminya.
2. Metafisika
a. Dalil wujud Allah
Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn Rusyd menolak dalil-dalil yang pernah dkemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya lantaran tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Syara’, baik dalam aneka macam ayatnya, dan lantaran itu Ibn Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an dalam aneka macam ayatnya, dank arena itu, Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai, tidak saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang –orang khusus yang terpelajar.
b. Dalil ‘inayah (pemeliharan)
Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan manusi. Artinya segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi memang sengaj diciptakan demikian oleh sang pencipta bijaksana.
c. Dalil Ikhtira’ (penciptaan)
Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk ini, mirip ciptaan pada kehidupan benda mati dan aneka macam jenis hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati benda mati kemudian terjadi kehidupan padanya,sehingga yakin adanya Allah yang menciptakannya. Demikian juga aneka macam bintang dan falak di angkasa tundujk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu siapa saja yang ingin mengetahui Allah dengan sebenarnya, maka ia wajib mengetahui hakikat segala sesuatu di alam ini biar ia sanggup mengetahui ciptaan hakiki pada semua realitas ini.
d. Dalil Gerak.
Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibn Rusyd memandangnya sebagi dalil yang meyakinkan wacana adanya Allah mirip yang dipakai oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan semua jenis gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerak pada ruang berakhir pada yang bergerak pad dzatnya dengan alasannya ialah penggagas pertama yang tidak bergerak sama sekali, baik pada dzatnya maupun pada sifatnya.
Akan tetapi, Ibn Rusyd juga berakhir pada kesimpulan yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa gerak itu qadim.
Akan tetapi, Ibn Rusyd juga berakhir pada kesimpulan yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa gerak itu qadim.
e. Sifat-sifat Allah.
Adapun pemikiran Ibn Rusyd wacana sifat-sifat Allah berpijak pada perbedaan alam mistik dan alam realita. Untuk mengenal sifat-sifat Allah, Ibn Rusyd mengatakan, orang harus memakai dua cara: tasybih dan tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak pada dasar keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis memperbandingkan dua jenis ilmu itu.
a. Materi dan forma
Seperti dalam halnya metafisika, ibnu rusyd juga di juga di pengaruhi oleh Aristoteles dalam fisika. Dalam reori Aristoteles, ilmu fisika membahas yang ada (maujud) yang mengalami perubahan mirip gerak dan diam. Dari dasarnya itu, ilmu fisika ialah materi dan forma.
Menurut Ibn Rusyd, bahwa segala sesuatu yang berada di bawah alam falk terdiri atas materi dan forma. Materi ialah sesuatu yang darinya ia ada, sedangkan forma ialah sesuatu yang dengannya ia menjadi ada sehabis tidak ada.
Menurut Ibn Rusyd, bahwa segala sesuatu yang berada di bawah alam falk terdiri atas materi dan forma. Materi ialah sesuatu yang darinya ia ada, sedangkan forma ialah sesuatu yang dengannya ia menjadi ada sehabis tidak ada.
b.Sifat-sifat jisim.
Adapun sifat-sifat jisim ada empat macam, yaitu:
Gerak
Diam
Zaman
Ruang
Gerak
Diam
Zaman
Ruang
c. Bangunan alam.
Para filosof klasik mengatakan, bahwa bentuk bulat ialah yang paling sempurna, sehingga gerak melingkar merupakan gerak yang paling Afdol. Gerak inilah yang awet lagi azali. Dengan alasannya ialah gerak ini, maka jisim-jisim samawi mempunyai bentuk bundar. Karena jisim-jisim ini bergerak melingkar, maka alam semesta ini merupakan sesuatu planit yang bergerak melingkar.Dan planit ini hanya satu saja, sehingga tidak ada kekosongan. Demikianlah alam falak itu saling mengisi.
Kaprikornus alam ini terdiri dari jisim-jisim samawi yang tunggal dan benda-benda bumi yang terdiri dari percampuran emoat anasir melalui falak-falak. Dari percampuran ini timbulah benda-benda padat, tumbuhan hewan, dan jadinya manusia.
Kaprikornus alam ini terdiri dari jisim-jisim samawi yang tunggal dan benda-benda bumi yang terdiri dari percampuran emoat anasir melalui falak-falak. Dari percampuran ini timbulah benda-benda padat, tumbuhan hewan, dan jadinya manusia.
4. Manusia
Dalam duduk masalah manusia, Ibn Rusyd juga dipengaruhi oleh teori Aristoteles. Sebagi bab dari alam, insan terdiri dari dua unsure materi dan forma.. jasad ialah materi dan jiwa ialah forma. Seperti halnya Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai “kesempurnaan awal bagi jisim alami yang organis.” Jiwa disebut sebagai kesempurnaan awal untuk membedakan dengan kesempurnaan lain yangmerupakan suplemen darinya, mirip yang terdapat pada aneka macam perbuatan. Sedangkan disebut organis untuk membuktikan kepada jisim yang terdiri dari anggota-anggota. Untuk menjelaskan kesempurnaan jiwa tersebut, Ibnu Rusyd mengkaji jenis-jenis jiwa yang menurutnya ada lima:
• Jiwa Nabati
• Jiwa perasa
• Jiwa khayal
• Jiwa berfikir
• Jiwa kecendrungan
5. Kenabian dan Mu’jizat
Allah memberikan wahyu kepada umat insan melalui rasulnya. Dan sebagai bukti bahwa orang itu Rasul Allah, ia harus membawa tanda yang berasal darinya, dan tanda ini disebut mukjizat. Pada seorang rasul, mukzizat itu mencakup dua hal yang bekerjasama dengan ilmu dan yang bekerjasama dengan amal. Dalam hal yang pertama, rasul itu memberitahukan jenis-jenis ilmu dan aneka macam amal perbuatan yang tidak lazim diketahui oleh manusia. Suatu hal yang diluar kebiasaan pengetahuan manusia, sehingga ia tidak sanggup mengetahuinya ialah bukti bahwa orang yang membawanya ialah rasul yang mendapatkan wahyu dari Allah, bukan dari dirinya.
Ringkasnya Ibnu Rusyd membedakan dua jenis mukjizat: mukjizat ekstern yang tidak sejalan dengan sifat dan kiprah kerasulan, mirip menyembuhkan penyakit, membelah bulan dan sebagainya. Dan mukjizat intern yang sejalan dangan sifat dan kiprah kerasulan yang membawa syariat untuk kebahagiaan umat manuisia. Mukjizat yangpertama yang berfungsi sebagai penguat sebagai kerasulan. Sedangkan yang kedua sebagai bukti yang berpengaruh wacana kerasulan yang hakiki dan merupakan jalan keimanan bagi para ulama dan orang awamsesuai dengan kesanggupan kecerdikan masing-masing.
6. Politik dan Akhlak
Seperti yang telah disebut oleh plato, Ibnu Rusyd mengatkan, sebagai makhluk social, insan perlu kepada pemerintah yang didasarkan kepada kerakyatan. Sedangkan kepala pemerintah dipegang oleh orang yang telah menghabiskan sebagian umurnya dalam dunia filsafat, dimana ia telah mencapai tingkat tinggi . pemerintahan islam pada awalnya berdasarkan Ibnu rusyd ialah sangat sesuai dengan teorinya wacana revublik utama, sehingga ia mengecam khalifah muawwiyah yang mengalihkan pemerintahan menjadi otoriter.
Dalam pelaksanaan kekuasaan hendaknya selalu berpijak pada keadilan yang merupakan sendinya yang esensial. Hal ini lantaran adil itu ialah produk ma;rifat, sedangkan kezaliman ialah produk kejahilan.
Dalam duduk masalah manusia, Ibn Rusyd juga dipengaruhi oleh teori Aristoteles. Sebagi bab dari alam, insan terdiri dari dua unsure materi dan forma.. jasad ialah materi dan jiwa ialah forma. Seperti halnya Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai “kesempurnaan awal bagi jisim alami yang organis.” Jiwa disebut sebagai kesempurnaan awal untuk membedakan dengan kesempurnaan lain yangmerupakan suplemen darinya, mirip yang terdapat pada aneka macam perbuatan. Sedangkan disebut organis untuk membuktikan kepada jisim yang terdiri dari anggota-anggota. Untuk menjelaskan kesempurnaan jiwa tersebut, Ibnu Rusyd mengkaji jenis-jenis jiwa yang menurutnya ada lima:
• Jiwa Nabati
• Jiwa perasa
• Jiwa khayal
• Jiwa berfikir
• Jiwa kecendrungan
5. Kenabian dan Mu’jizat
Allah memberikan wahyu kepada umat insan melalui rasulnya. Dan sebagai bukti bahwa orang itu Rasul Allah, ia harus membawa tanda yang berasal darinya, dan tanda ini disebut mukjizat. Pada seorang rasul, mukzizat itu mencakup dua hal yang bekerjasama dengan ilmu dan yang bekerjasama dengan amal. Dalam hal yang pertama, rasul itu memberitahukan jenis-jenis ilmu dan aneka macam amal perbuatan yang tidak lazim diketahui oleh manusia. Suatu hal yang diluar kebiasaan pengetahuan manusia, sehingga ia tidak sanggup mengetahuinya ialah bukti bahwa orang yang membawanya ialah rasul yang mendapatkan wahyu dari Allah, bukan dari dirinya.
Ringkasnya Ibnu Rusyd membedakan dua jenis mukjizat: mukjizat ekstern yang tidak sejalan dengan sifat dan kiprah kerasulan, mirip menyembuhkan penyakit, membelah bulan dan sebagainya. Dan mukjizat intern yang sejalan dangan sifat dan kiprah kerasulan yang membawa syariat untuk kebahagiaan umat manuisia. Mukjizat yangpertama yang berfungsi sebagai penguat sebagai kerasulan. Sedangkan yang kedua sebagai bukti yang berpengaruh wacana kerasulan yang hakiki dan merupakan jalan keimanan bagi para ulama dan orang awamsesuai dengan kesanggupan kecerdikan masing-masing.
6. Politik dan Akhlak
Seperti yang telah disebut oleh plato, Ibnu Rusyd mengatkan, sebagai makhluk social, insan perlu kepada pemerintah yang didasarkan kepada kerakyatan. Sedangkan kepala pemerintah dipegang oleh orang yang telah menghabiskan sebagian umurnya dalam dunia filsafat, dimana ia telah mencapai tingkat tinggi . pemerintahan islam pada awalnya berdasarkan Ibnu rusyd ialah sangat sesuai dengan teorinya wacana revublik utama, sehingga ia mengecam khalifah muawwiyah yang mengalihkan pemerintahan menjadi otoriter.
Dalam pelaksanaan kekuasaan hendaknya selalu berpijak pada keadilan yang merupakan sendinya yang esensial. Hal ini lantaran adil itu ialah produk ma;rifat, sedangkan kezaliman ialah produk kejahilan.
Ibnu Rusyd menyampaikan bahwa dalam Negara utama orang tidak memerlukan lagi kepada hakim dan dokter lantaran segala sesuatu berjalan secara seimbang, tidak lebih dan tidak berrkurang.hal ini lantaran keutamaan itu sendiri mengandung dalam dirinya keharusan menghormati hak orang lain dan melaksanakan kewajiban.
Khusus wacana perempuan , Ibnu rusyd sangat membela kedudukannya yang sangat penting dalam Negara. Pada hakikatnya, anita tidak berbeda dengan laki-laki pada adab dan daya kekuatan. Dan jikapun ada, maka itu hanya ada pada kuantitas daya dan pada beberapa bidang saja. Dan kalau dalam kerja, ia dibawa tingkat pria, tetapi iamelebihinya dalam bidang seni, mirip music. Menurut Ibnu Rusyd, masyarakat islam tidak akan maju, selama tidak membebaskan perempuan dari aneka macam ikatan dan kekangan yang membelenggu kebebasannya.
Sekian sekelumit Pendidikan Filsafat Ibnu Rusyd semoga bisa bermanfaat.
lihat sumber : Ibn Rusyd, Tahafut al-Tahafut, Tahqiq Sulaiman Dunia, Mesir, Dar-al-Ma’arif 1968
0 Response to "Pendidikan Filsafat Ibnu Rusyd"
Posting Komentar