Pokok-Pokok Filsafat Bab Ke-Vii Ihwal Filsafat Ilmu Dan Pembahasannya
Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-VII perihal Filsafat Ilmu dan Pembahasannya- Filsafat Ilmu
19. Apakah Kealiman Itu?
Saya akan mengawali kuliah ini dengan memberi anda ikhtisar singkat isi buku yang saya sebut di tamat kuliah yang lalu, Jonathan Livingston Seagull, untuk kepentingan sebagian dari anda yang belum berkesempatan membacanya. Setelah itu, saya ingin mendengar jawaban dari anda yang sudah membaca kisah tersebut terhadap tiga pertanyaan berikut ini:
1) 1) Dalam kisah ini, kata terbang melambangkan apa?
2) 2) Mengenai perburuan kealiman, kisah ini menyampaikan apa?
3) 3) Ke mana Jonathan pergi di Bagian Dua?
Akhirnya, saya akan mengakhiri kuliah pada jam ini dengan menjelaskan bagaimana beberapa pelajaran yang terkandung dalam kisah ini berafiliasi dengan banyak sekali problem yang akan kita periksa pada bab ketiga dari matakuliah ini.
Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-VII perihal Filsafat Ilmu dan Pembahasannya
Buku kecil tersebut, Jonathan Livingston Seagull, mengisahkan seekor burung yang aneh—burung camar, mirip yang ditunjukkan oleh judulnya. Pada mulanya, burung yang berjulukan Jonathan ini melaksanakan eksperimen banyak sekali cara terbang. Sementara semua kawannya memakai keterampilan terbang mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidup mereka, Jonathan memandang bahwa terbang merupakan keterampilan yang harus dituntut demi cara terbang itu sendiri. Akan tetapi, saat ia menguji-coba metode barunya untuk terbang dengan kecepatan tinggi, pemimpin-pemimpin kawanannya terusik, yang menanggapinya dengan mengasingkan ia ke “tebing-tebing yang jauh”. Setelah ia tinggal usang sendirian, dua ekor burung misterius tiba dan membawanya ke daerah lain. Di Bagian Dua, Jonathan berguru perihal cara terbang gres yang tidak berfokus pada sayap dan bulu, tetapi pada pikiran dan imajinasi. Ia jauh lebih cepat daripada semua burung lain di dunia gres ini, saat tiba-tiba ia memutuskan bahwa ia harus kembali ke dunia lamanya. Jadi, ia pulang ke tebing-tebing yang jauh tersebut. Kemudian bab ketiga dan terakhir dari kisah ini menceritakan bagaimana ia mengumpulkan beberapa burung buangan [seperti dirinya] dan mulai mengajari mereka cara terbang dan cara memahami penerbangan. Tidak usang sehabis mereka mempelajari beberapa keterampilan dasar, murid-muridnya bahu-membahu dengan Jonathan pulang ke kawanan lamanya, yang dulu membuang mereka. Di situlah mereka menyelenggarakan kursus di pantai, dan balasannya sebagian dari burung-burung dari kawanan lamanya menunjukkan minat untuk mempelajari cara terbang. Ketika mereka mulai berguru demi mereka sendiri, Jonathan membiarkan mereka tetap mandiri.
Untuk lebih terperinci dan lebih lenkap mengenai artikel Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-VII perihal Filsafat Ilmu dan Pembahasannya silahkan diunduh di bawah ini :
Pokok-pokok Filsafat Bagian Ke-VII perihal Filsafat Ilmu dan Pembahasannya [DOWNLOAD]
Nah, mari kita awali dengan pertanyaan pertama. Untuk melambangkan apa penerbangan dalam kisah itu? Siapa yang punya pandangan perihal hal ini? Omong-omong, jangan menyampaikan “pencarian kealiman”, alasannya ialah itu terlalu gamblang. Telah saya katakan, saya ingin kita memandang keseluruhan kisah itu karena memberi kita wawasan menuju pencarian kealiman; jadi, kini saya ingin [jawaban] kalian lebih spesifik. Kemudian, dalam pembahasan atas pertanyaan kedua, kita sanggup mencoba menerapkan hal-hal yang kita pelajari dari simbolisme penerbangan pada problem hakikat menyayangi kealiman. [1] Nah, siapa mau menjawab lebih dahulu?
Mahasiswa N. “Kebebasan.”
Mahasiswa N. “Kebebasan.”
Ya, saya kira itu daerah yang baik untuk bertolak. Bahkan tanpa membaca kisah itu, kita bisa menduga bahwa ini merupakan bab dari simbolisme yang dimaksudkan, alasannya ialah mengasosiasikan penerbangan burung dengan kebebasan itu cukup lazim. Barangkali ini merupakan bab dari alasan pengarangnya yang lebih menentukan menulis dongeng perihal burung daripada ikan atau anjing, misalnya. Cerita itu sendiri menguatkan hal ini dengan menuturkan betapa Jonathan memandang bahwa dirinya bebas dari hal-hal yang menjebak camar-camar lain menuju kehidupan yang sia-sia dan menyedihkan, mirip nafsu makan, keberterimaan, dan kekuasaan politik. Ketika ia berguru terbang, ia juga berguru untuk semakin membebaskan diri dari jebakan semacam itu; dan dalam melakukannya, ia berguru mengarungi hidup yang benar-benar maknawi. Di Bagian Dua ia bahkan berguru membebaskan diri dari kecenderungannya yang sudah berlangsung usang yang memandang bahwa terbang harfiah (yakni terbang dengan badan fisiknya) merupakan tujuan hidupnya yang terdalam.
Akan tetapi, kata “kebebasan” hampir ibarat kata “kealiman” yang sulit dipahami. Jadi, adakah di antara kalian yang menemukan gelagat lain di kisah ini yang sanggup membantu kita dalam memahami apakah kebebasan itu? Apa yang harus dilakukan oleh Jonathan supaya memperoleh wawasan perihal hakikat kebebasan?
Mahasiswa O. “Bagi saya, Jonathan sepertinya mencari hal-hal yang tidak diketahui. Dan ini selalu menuntut ia untuk menerobos batas-batas yang sebelumnya telah dipasang olehnya atau oleh burung-burung lainnya.”
Bagus sekali. Saya oke bahwa unsur dari sesuatu yang tak diketahui itu memainkan tugas penting di keseluruhan kisah tersebut. Jonathan berniat memburu tujuannya walaupun sepertinya ia tak pernah tahu apa kira-kira pelosok berikutnya—setidak-tidaknya sebelum ia kembali ke kawanannya di Bagian Tiga. Seperti kata anda, pencarian “kecepatan sempurna”-nya pada kenyataannya merupakan pencarian yang tak bisa tercapai. Akibatnya, secara paradoksis, ia bisa mencapai tujuannya hanya kalau ia mau mengakhiri pandangan konvensionalnya mengenai bagaimana hal itu bisa dicapai, terutama asumsinya bahwa hal itu akan bisa dicapai dengan memakai “sayap dan bulu”. Begitu pula, saya pikir anda telah menentukan kata-kata yang baik dengan tepat saat anda menyampaikan ia selalu “menerobos batas-batas …”. Pada faktanya, salah satu alasan mengapa penerbangan burung melambangkan kebebasan ialah bahwa burung-burung sepertinya telah menemukan diam-diam pendobrakan rantai-rantai aturan gravitasi, yang membelenggu kita insan di bumi dengan kencang. Lagipula, kisah itu sendiri menanamkan kesan bahwa penerobosan tapal batas usang merupakan salah satu kunci yang fundamental untuk menyidik diri sendiri. Apakah kalian memperhatikan bahwa, di Bagian Satu, Jonathan pada aktualnya mengacu pada salah satu penyelidikan utamanya mengenai penerbangan sebagai “penerobosan”? Lalu, di Bagian Dua, penemuannya bahwa “penerbangan” merupakan imajinasi itu bukan saja merupakan penerobosan tingkat keterampilannya, melainkan juga penerobosan pemahamannya. Adapun kepulangannya ke kawanannya di Bagian Tiga pun melambangkan homogen penerobosan lain, yang juga berkaitan dengan simbolisme penerbangan sebagaimana yang dihadirkan di kisah tersebut.
0 Response to "Pokok-Pokok Filsafat Bab Ke-Vii Ihwal Filsafat Ilmu Dan Pembahasannya"
Posting Komentar