Aku Yang Kini Ini Terbentuk Dari Hati Yang Kau Sia-Siakan Dulu
Kau pernah jadi alasanku menunda impi. Menghancurkan perencanaan hidup yang sempat saya gadang-gadang sendiri. Melihatmu berjalan di dua kekerabatan sekaligus mempertahankanku, sementara ikatan lain jalan terus menciptakan hatiku sungguh terbakar hangus. Bukan hanya terbakar, saya sempat hangus.
Tapi saya berusaha menjadi tangguh. Terbukti saya berhasil mengalahkan rasa nyeri itu meski penuh peluh. Saat kelak kita bertemu lagi, tetap akan kau temukan sungging senyumku yang penuh. Hati saya sempat kau tikam, hampir terbunuh. Namun serakan hati itu kini menguatkanku hingga ke pembuluh.
Jika kita bertemu lagi nanti, tolong berhenti bertanya apa yang membuatku sedingin ini. Seharusnya kau sudah cukup tahu diri. Kamulah yang membuatku menghantam apapun yang dunia beri tanpa kernyit di dahi kiri. Seakan tubuh ini punya kemampuan magic untuk memperbaiki diri sendiri.
Jika kita bertemu lagi nanti, tolong berhenti bertanya apa yang membuatku sedingin ini. Seharusnya kau sudah cukup tahu diri. Kamulah yang membuatku menghantam apapun yang dunia beri tanpa kernyit di dahi kiri. Seakan tubuh ini punya kemampuan magic untuk memperbaiki diri sendiri.
Barangkali kita memang butuh hancur demi mengerti. Tidak ada sakit yang tak bisa dihadapi.
Jujur saja. Tanpamu, saya pernah menekuk lutut ke dada kemudian menangis tanpa henti-henti. Hidupku sempat terasa kosong sekali. Ada masa saya terbangun jam 2 pagi, teringat dirimu, membayangkan apa yang sedang kau lakukan. Lalu mengutuk dan menyalahkan diri sendiri. Mengapa alasannya ialah kurangnya aku, kau harus acuhkan saya dan bermain asyik dengan lelaki lain pertimbanganmu ? mengapa ? mengapa ?
Jujur saja. Tanpamu, saya pernah menekuk lutut ke dada kemudian menangis tanpa henti-henti. Hidupku sempat terasa kosong sekali. Ada masa saya terbangun jam 2 pagi, teringat dirimu, membayangkan apa yang sedang kau lakukan. Lalu mengutuk dan menyalahkan diri sendiri. Mengapa alasannya ialah kurangnya aku, kau harus acuhkan saya dan bermain asyik dengan lelaki lain pertimbanganmu ? mengapa ? mengapa ?
Aku manusia. Bukan apel yang kau pilih-pilih ketika kau benlanja.
Aku manusia. Bukan baju yang kau pilih disupermarket dan kau pakai hanya untuk program resmi saja.
Aku manusia. Bukan televisi yang kau beli di toko dan kau gunakan hanya untuk mengusir sepi.
Tapi kini saya mengerti. Atau memang semesta berbaik hati memperlihatkan kesadaran ini. Bukan saya yang tak cukup memberi. Toh kalau diingat lagi saya sudah memperlihatkan semua yang lelaki bisa tawarkan biar wanitanya tak pergi. Kaulah yang memang tak bisa mencukupkan diri. Merasa harus mengikuti ingin dalam hati, tanpa peduli ada degup kecil yang bisa tersakiti. saya tak ingin mendoakanmu biar keburukan menghampiri.
Tapi kalau kau meninggalkanku dengan gampang sekali, bukan tak mungkin ‘kan rasamu kali ini akan cepat habis ibarat bunyi yang mati?
Ini bukan urusan benci. Jauh pula dari kasus bagaimana kau menginjak-injak harga diri. Malah alasannya ialah perlakuanmu yang seenak hati saya mengerti bagaimana perlakuan yang layak saya terima dan beri. Kamu menyebabkan saya insan yang menghargai diri sendiri.
Hatiku kini tak lagi utuh. Karenamu, ada sisinya yang remuk dan rapuh.
Agar tak dihantam jenuh. Ikhlas, saya biarkan tumpukan kenangan dan rasa sakit itu jatuh. Episode kita yang kertasnya keriting alasannya ialah perlakuan burukmu sudah saya buang jauh-jauh.
Saat nanti kita bertemu dan kau merasa tak mengenalku lagi, jangan heran apa yang membuatku ibarat ini. Kaulah yang dulu menciptakan luka hati hingga hampir tak ada yang tersisa lagi. Seharusnya kau cukup tahu diri.
Sekarang, silahkan berkemas. Bukannnya saya melepas tapi hatiku sudah hancurtak berbekas.
Pagi bersama kopi yang selalu memberi pandangan gres diri. jangan pernah bohongi diri sendiri. karna saya tak mau mengingkari hati nurani.
Related Posts