Pendidikan Anak Dalam Keluarga Dan Beberaapa Model Pendidikannya
PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA DAN BEBERAAPA MODEL PENDIDIKANNYA-
A.Pengertian Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Di dalam pendidikan anak dalam keluarga perlu diperhatikan dalam memperlihatkan kasih sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh lantaran itu keluarga harus pandai dan sempurna dalam memperlihatkan kasih sayang yang diharapkan oleh anaknya. Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memperlihatkan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-pendidikan agama.
Pendidikan keluarga mempunyai imbas yang penting untuk mendidik anak. Hal tersebut mempunyai
imbas yang positif dimana lingkungan keluarga memperlihatkan dorongan atau memperlihatkan motivasi dan rangsangan untuk menerima, memahami, meyakini, serta mengamalkan pedoman islam. Dalam keluarga hendaknya sanggup direalisasikan tujuan pendidikan agama islam. Yang mempunyai kiprah untuk merealisasikan itu ialah orang tua. Oleh lantaran itu ada beberapa aspek pendidikan yang sangat penting untuk diberikan dan diperhatikan orang tua, di antaranya:
1.Pendidikan ibadah
Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan sholat disebutkan dalam firman Allah yang artinya;
‘’Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah insan untuk mengerjakan yang baik dancegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sebenarnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Alloh,’’(QS. Luqman:17).
Pendidikan dan pengajaran al-Qur’an serta pokok-pokok pedoman islam yang lain telah disebutkan dalam Hadis yang artinya: ’’sebaik-baik dari kau sekalian ialah orang yang mencar ilmu al-Qur’an dan kemudian mengajarkannya,’’
Penanaman pendidikan ini harus disertai teladan faktual yang masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Dengan demikian anak sedini mungkin sudah harus diajarkan mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi Qur’ani yang tangguh dalam menghadapi zaman.
2.Pendidikan Akhlakul Karimah
Orang renta mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang renta kepada anak-anknya dalam keluarga, sebagai firman Alloh yang artinya.
“Dan sederhanakanlah kau dalam berjalan dan lunakanlah suaramu dan sebenarnya seburuk-buruk bunyi ialah bunyi himar,”( QS.Luqman:19 )
Dari ayat ini telah memperlihatkan dan menjelaskan bahwa tekanan pendidikan keluarga dalam islam ialah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang tua, bertingkah laris sopan baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.
3.Pendidikan Akidah
Pendidikan islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan keyakinan islamiyah, dimana keyakinan itu merupakan inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak semenjak dini. Sejalan dengan firman Alloh yang artinya:
Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya: Hai anakku janganlah kau mempersekutukan Alloh benar-benar merupakan kedlaliman yang besar,’’(QS,luqman:13).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keyakinan harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim. [1]
B.Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa Pendidikan meliputi bermacam-macam aktifitas yang bertujuan semoga anak sanggup berkembang secara optimal dan sanggup bertahan hidup dengan baik. Prinsip Pendidikan berdasarkan Hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada tujuan dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh jadinya tujuan Pendidikan meliputi pendidikan fisik, pendidikan emosi dan pendidikan sosial.
1.Pendidikan fisik meliputi semua aktifitas yang bertujuan semoga anak sanggup bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
2.Pendidikan emosi meliputi pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan menyerupai merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma.
Pendidikan emosi ini meliputi pendidikan semoga anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk memilih pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pendidikan emosi ini bertujuan semoga anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3.Sementara itu, pendidikan sosial bertujuan semoga anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan kuat terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. [2]
C.Peran Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Peran keluarga dalam pendidikan anak sanggup dilakukan dengan beberapa pola, yaitu:
1.Bermain pada anak.
Bermain merupakan salah satu cara yang sempurna untuk melepaskan atau menumpahkan seluruh energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya emosi anak. Selain itu biasanya dengan bermain anak juga sanggup membuatkan kekerabatan sosial mereka.
2.Permainan yang sanggup melatih kecerdasan sosial emosional antara lain:
- Bermain kiprah dengan boneka tangan maupun wayang.
- Film pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional.
- Ajak anak keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Ajak anak bermain kelompok (cooperative play), seperti: sepak bola.
3.Sentuhan, belaian dan pelukan kepada anak.
Interaksi antara orang renta dengan anak sangat kuat terhadap kecerdasan sosial emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak merupakan beberapa cara yang sempurna untuk membangun kekerabatan baik atau kelekatan antara orang renta dengan anak.
Interaksi antara orang renta dengan anak sangat kuat terhadap kecerdasan sosial emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak merupakan beberapa cara yang sempurna untuk membangun kekerabatan baik atau kelekatan antara orang renta dengan anak.
4.Pemberian kata positif dan tenggang rasa orang renta terhadap anak.
Kata positif yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melaksanakan dan mengulangi sikap yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan tenggang rasa dari orang renta membuat anak merasa orang renta berada di pihaknya, terutama dikala anak mempunyai masalah, tenggang rasa dari orang renta sangatlah penting semoga anak sanggup lebih damai dan merasa orang renta mencicipi apa yang anak rasakan. [3]
D. Tanggung Jawab Keluarga
kelahiran anak dalam suatu keluarga selain memperlihatkan kebahagiaan tersendiri juga menyebabkan kiprah gres bagi kedua orang tuanya, tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pendidikannya. Islam memandang anak ialah amanah Allah yang harus di pelihara dengan baik dari segala sesuatu yang membahayakan baik yang bekerjasama dengan badaniah maupun rohaniah.( Q.S An-Nisa’: 9)
Beberapa hal penting dalam menegakkan tanggung jawab orang renta terhadap anak diantaranya sebagai berikut:
- Ibu di dorong untuk mengasuh anak-anaknya. Pengasuhan ini terlihat pada dikala mulai kehamilan, yang berarti keamanan anak dan segala sesuatu yang bersifat keduniawian pada dikala dalam kandungan. Dari sini bisa ditarik kesimpulan seorang ibu intinya seorang pengasuh anak. Bahwa ia tidak secara eksklusif di tugaskan untuk mengasuh anak sendirian akan tetapi kiprah seorang ibu juga memperlihatkan pendidikan dari usia dini hingga ke jenjang pendidikan formal.
- Ayat ini juga menjelaskan tanggung jawab seorang bapak untuk menghidupi anak-anaknya, seorang suami ialah orang yang bertanggung jawab bagi kesejahteraan anggota keluarganya & untuk menyediakan alat untuk memenuhi pangan, pakaian, kawasan berteduh, & kebutuhan lain untuk istrinya atau mereka yang menjadi tanggung jawabnya & anak-anaknya. Kaprikornus ayah berperan penting dalam kehidupan, juga bertanggung jawab untuk membiayai dan memelihara anak-anaknya.
- Pendidikan yang menyangkut anak sebaiknya dirundingkan oleh kedua orang tu. Kejujuran ibu, ayah sekalipun seorang ibu/ayah angkat sangat penting dalam memelihara anak. Ketika keseimbangan antara hak dan tanggung jawab orang renta atas anak tercapai, Dengan cara memperlihatkan pendidikan aqidah (keimanan) pendidikan agama dan pendidikan etika yang sempurna dalam seluruh aspek pada diri anak, merupakan tanggung jawab utama setiap orang renta sehingga mereka tidak gampang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang bagaimana pun. Dalam hal ini kedua orang renta harus memperlihatkan pendidikan di lingkungan keluarga serta menyerahkan kelembagaan tertentu dalam bidang pendidikan.
Mendidik bawah umur dengan pengetahuan agama, aqidah muamalah dan sejarah serta sesuai dengan tingkat usianya. Begitu juga dalam melaksanakan kewajiban agama dan mengamalkan serta membuatkan sikap agama yang betul, dimulai dari keyakinan kepada Allah malaikat, rasul-rasul hari simpulan zaman kepercayaan agama yang kuat takut kepada Allah dan selalu mendapat pengawasan-Nya dalam segala perbuatan dan perkataan.
kewajiban pendidik dalam hal ini ialah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar keyakinan dan pedoman Islam, sebagai aqidah maupun ibadah dan hanya mengambil Islam sebagai agamanya al-Qur’an sebagai imannya dan rasul sebagai pemimpin dan teladannya.
kewajiban pendidik dalam hal ini ialah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar keyakinan dan pedoman Islam, sebagai aqidah maupun ibadah dan hanya mengambil Islam sebagai agamanya al-Qur’an sebagai imannya dan rasul sebagai pemimpin dan teladannya.
pelatihan dan pembiasaan pedoman agama pada anak semenjak kecil, sangat penting lantaran dengan demikian akan sanggup mengetahui dan menangkap bahasa dan pengertian yang berhubungan dengan agama secara berlahan-lahan lantaran kecerdasannya belum hingga ke taraf untuk mendapat hal-hal yang sifat abstrak.
Zakiah Darajat mengatakan” apabila latihan-latihan keagamaan dilalaikan diwaktu kecil atau di berikan dengan cara yang kaku, salah dan tindakan cocok dengan kemampuan anak-anak, maka ketika remaja akan kurang peduli terhadap pedoman agama. Dari uraian ini sanggup dipahami bahwa kedua orang tualah sebagai pendidik pertama dan utama dalam setiap keluarga, dan bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan pendidikan anak-anaknya terutama sekali dalam bidang aqidah( Keimanan), sehingga menjadi anak yang taat bertaqwa kepada Allah SWT. berkhasiat kepada kedua orang tuanya, agama, nusa dan bangsa. [4]
E. Kajian Perilaku Anak Dalam Keluarga
Menurut Hurlock Bahwa perkembangan sosial anak merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi “ ialah Kemampuan bertingkah laris sesuai dengan norma nilai atau impian sosial.
1.Proses Perkembangan Sosial.
Proses sosialisasi ini terpisah, tetapi saling bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Hurlock antara lain :
a.Belajar untuk bertingkah laris dengan cara yang sempurna diterima dimasyarakat.
b.Belajar memainkan kiprah sosial yang ada dimasyarakat.
c.Mengembangkan sikap / tingkah laris sosial terhadap individu lain dan acara sosial yang ada di masyarakat.
Berdasarkan ke-3 tahap proses sosial ini individu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
a.Individu sosial.
b.Individu non sosial.
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu:
a.Individu sosial.
b.Individu non sosial.
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu:
- a.Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang lapang dada dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menyebabkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menyebabkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
- b.Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melaksanakan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang renta atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan membuatkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menyebabkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini sanggup membuat anak merasa malu.
- c.Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang renta tidak menjawab eksklusif pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
- d.Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melaksanakan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri. [5]
F. Model Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga
1.Dalam membuat keluarga yang aman para orang renta hendaknya memperhatikan suasana serasi dan aman dalam keluarga sehingga memungkinkan pertumbuhan anak secara normal yang diantaranya meliputi:
- Sikap orang renta yang authoritative dengan memperlihatkan kebebasan kepada anak untuk beropini melalui pemberian pengarahan-pengarahan yang tidak hanya bersifat satu arah, sediakan waktu untuk diskusi, hargai pendapat mereka sekalipun mungkin salah.
- Pertanyaan-pertanyaan anak yang tidak diperhatikan akan mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak pada anak menjadi masa kurang pandai dan bersikap tidak peduli dan akan menjadikannya sulit berkembang, baik kecerdasan maupun kreativitasnya.
- Bermain, baik dalam arti metode mencar ilmu (learning by playing) maupun bermain bersama anak (aktivitas fisik) gerakan-gerakan menyerupai berguling, melompat-lompat, berayun-ayun, sangat mempengaruhi syaraf-syaraf kecerdasan anak. Helicopter spin salah satu metode yang sanggup digunakan, melalui bermain sanggup dimaksimalkan susukan indrawi.
- Berikan keteladanan, bagi anak menirukan pekerjaan yang dilakukan orang renta lebih gampang dibandingkan dengan melaksanakan apa yang diucapkan, tunjukkan sikap, ucapan maupun sikap baik yang sanggup dicontoh oleh anak.
- Hindari eksekusi fisik, eksekusi fisik lebih banyak menyebabkan dampak negatif, jikalau emosi orang renta sudah tinggi, eksekusi fisik seringkali merupakan pelampiasan yang tidak terkendali.
- Berikan perhatian pada kebutuhan anak khususnya yang berkaitan dengan emosi dan intelektual mereka, harus disadari bahwa kebutuhan seorang anak tidak hanya fisik semata.
Para orang renta sanggup memperkenalkan buku dongeng kepada anak sedini mungkin dan dikala yang paling gampang menanamkan kebiasaan membaca adalah: dikala anak belum bisa protes. Yaitu: waktu bayi. Bahkan semenjak dalam kandungan. Jika kita membacakan dongeng kepada bayi setiap malam secara rutin, maka program tersebut menjadi suatu ritual yang ditunggu anak, membaca dongeng kepada bayi juga membuatkan keingintahuan serta kecerdasan anak. Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk di pangkuan, mulai meraba buku dan mencicipi kehangatan orang renta pada dikala membacakan dongeng dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak. Perasaan itu akan terus terbawa hingga dewasa, inilah yang disebut dengan neuro association. Dengan demikian bagi anak, buku menjadi suatu yang menyenangkan dikala besar.
3.Pemberian sugesti positif dan tidak membandingkan dengan anak lain.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar waktu dari perjalanan hidup insan lebih banyak mendapatkan sugesti yang negative dibandingkan yang positif. Untuk itulah disarankan semoga memberi dorongan pada apa yang harus dilakukan bukan yang dilarang, lantaran dorongan akan membuat anak berani mencoba sementara larangan membuat anak menjadi takut untuk mencoba.
Sedangkan anak diserahkan membandingkan dengan anak lain lantaran secara umum insan tidak akan berkenaan jikalau dibandingkan dengan orang lain demikian pula pada anak. Hal ini akan berdampak rendahnya rasa percaya diri yang disebabkan eksistensi diri yang tidak dihargai.
4.Perkenalkan bahasa kedua
Memperkenalkan bahwa kedua (Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis) kepada anak semenjak awal ialah dikala yang paling tepat. Kemampuan mencar ilmu suatu bahasa gila paling tinggi semenjak kelahiran hingga usia enam tahun. Dan sehabis itu menurun secara tetap dan tak terpulihkan. Lonjakan terbesar perkembangan otak mulai berakhir pada usia sekitar 10 tahun. Oleh lantaran itu bahasa gila sebaiknya diajarkan sedini mungkin. [6]
G. Interaksi Sosial Edukatif Orang Tua Dan Anak
Interaksi sosial edukatif orang renta dan anak ialah pemberian cinta dan ksih sayang dan ketrampilan bekerjasama dengan sosial termasuk etika dan nilai. Beberapa manfaat pengasuhan sosial emosional antara lain:
1.empati,
2.mengendalikan amarah
3.kemandirian
4.disukai, ketekunan
5.kesetiakawanan
6.keramahan dan sikap hormat
7.kemampuan beradaptasi
8.kemampuan memecahkan masalah
9.kecakapan sosial
10.integritas dan konsisten
11.komitmen jujurberfikir terbuka
12.kreatif, adil, dan bijaksana
13.kemampuan mendengarkan
14.kemampuan berkomunikasi, motivasi
15.kemampuan bekerjasama
16.keinginan untuk berkontribusi dll.
Langkah orang renta dalam melatih emosional anak:
1.Menyadari emosi anaknya.
2.Mengakui emosi itu sebagai peluang untuk kedekatan dan mengajar.
3.Mendengarkan dengan penuh tenggang rasa dan meneguhkan perasaan anak tersebut.
4.Menolong anaknya menemukan kata-kata untuk memberi nama emosi yang sedang dialaminya.
5.Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan duduk kasus yang dihadapi.
Pengaruh dari pola asuh dalam membuatkan sosial emosional anak, dalam perkembangan sosio-emosional anak, tentu ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhinya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak yaitu:
1. Ada tiga tipe gaya atau cara orang renta mendidik anak yakni: otoriter, permisif, dan otoritatif.
| Tipe | Perilaku orang tua | Karakteristik anak |
|---|---|---|
| Otoriter | Kontrol yang ketat dan evaluasi yang kritis terhadap sikap anak, sedikit obrolan (memberi dan menerima) secara verbal, serta kurang hangat dankurang terjalin secara emosional | Menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang lain |
| Permisif | Tidak mengontrol, tidak menuntut,sedikit menerapkan eksekusi dan kekuasaan, penggunaan nalar, hangat & menerima | Kurang dalam harga diri, kendali diri, dan kecenderungan untuk bereksplorasi |
| otoritatif | Mengontrol, menuntut, hangat, reseptif,rasional, berdialog (memberi danmenerima) secara verbal,sertamenghargai disiplin, kepercayaandiri, dan keunikan | Mandiri, bertanggung jawab secara sosial, mempunyai kendali diri, bersifat eksplloratif,dan percaya diri |
1.Bermain pada anak.
Bermain merupakan salah satu cara yang sempurna untuk melepaskan atau menumpahkan seluruh energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya emosi anak. Selain itu biasanya dengan bermain anak juga sanggup membuatkan kekerabatan sosial mereka. Permainan yang sanggup melatih kecerdasan sosial emosional antara lain:
a.Bermain kiprah dengan boneka tangan maupun wayang.
b.Film pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional
c.Ajak anak keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain
d.Ajak anak bermain kelompok (cooperatif play), seperti: sepak bola.
2.Sentuhan, belaian dan pelukan kepada anak.
Interaksi antara orang renta dengan anak sangat kuat terhadap kecerdasan sosial emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak merupakan beberapa cara yang sempurna untuk membangun kekerabatan baik atau kelekatan antara orang renta dengan anak
3.Pemberian kata positif dan tenggang rasa orang renta terhadap anak.
Kata positif yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melaksanakan dan mengulangi sikap yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan tenggang rasa dari orang renta membuat anak merasa orang renta berada di pihaknya, terutama dikala anak mempunyai masalah, tenggang rasa dari orang renta sangatlah penting semoga anak sanggup lebih damai dan merasa orang renta mencicipi apa yang anak rasakan. [7]
H. Telaah Perilaku Dan Sikap Orang Tua Dan Sikap Orang Tua Yang Mendukung Tumbuh Kembang Anak
Para hebat telah mengambarkan bahwa kita sendiri sebagai orang renta sanggup mencicipi bahwa usia balita ialah usia yang luar biasa bagi perkembangan intelektual dan kreativitas seorang anak. Mas balita sering disebut the golden age, masa keemasan seorang insan yang kini harus disadari ialah peranan orang renta dalam memperlihatkan kesempatan dan memberi rangsangan lantaran terang mereka belum bisa memperolehnya sendiri, bukan santunan orang lain yang paling bersahabat ialah orang tua.
Kecerdasan dikala ini tidak lagi hanya diartikan sebagai kecerdasan rasional yang bersifat logis analitis, praktis. Dalam kehidupan kini ini tidak kalah pentingnya ialah kecerdasan emosi yang dikaitkan dengan kematangan emosi menyerupai bijaksana dalam mengambil keputusan, sanggup menimbang, berimajinasi dampak dari keputusan yang diambil. Anak-anak yang mempunyai kecerdasan yang tinggi mempunyai cirri-ciri:
1.Mempunyai kelincahan dalam berfikir menyerupai tanggap dalam sesuatu, mempunyai daya ingat yang baik dan efektif, walaupun masih kecil sanggup berkonsentrasi dalam waktu usang pada hal-hal yang menarik minat mereka.
2.Mempunyai semangat bersaing yang tinggi baik bersaing terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Memiliki keinginan besar untuk selalu lebih baik, maupun memotivasi diri sendiri.
3.Cepat menemukan perbedaan-perbedaan dan gampang menangkap sesuatu yang tidak biasa.
4.Dapat memakai kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi dengan cepat dan hal ini sanggup memungkinkan mereka untuk cepat mencar ilmu dari pengalaman termasuk menggandakan pelaku dari orang lain.
5.Memiliki kepekaan yang tinggi, lebih responsif dan membutuhkan pendekatan yang lembut dan kebanggaan yang cukup, juga mempunyai emosi yang baik.
6.Keinginan mencar ilmu yang tinggi dari sumber apapun.
7.Memiliki rasa ingin tahu yang besar melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikeluarkan secara aktif dan berkesinambungan.
8.Kemampuan bertahan menghadapi frustasi.
9.Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban stress semoga tidak melumpuhkan kemampuan berfikir.
10.Mempunyai latar belakang yang cukup.
1.Memiliki rasa penasaran yang besar.
2.Aktif dan ulet bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan.
3.Selalu bersikap terbuka terhadap hal-hal gres yang berbeda.
4.Selalu ingin menemukan dan meneliti wacana sesuatu.
5.Senang pada kiprah berat dan sulit.
6.Cenderung mencari tanggapan yang luas dan memuaskan.
7.Berdedikasi tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas.
8.Memiliki cara berfikir yang fleksibel divergen dan konvergen.
9.Berkemampuan menganalisis dan mengsintesis masalah.
10.Mempunyai daya imajinasi dan abstraksi yang baik.
11.Memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri.
12.Memiliki kemampuan melahirkan aneka macam gagasan dalam menuntaskan duduk kasus dan mempunyai aspirasi yang baik.
13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup puas. [8]
fotnote
________________________________________
[1] Anwar, Pendidikan Anak Dini Usia, Bandung 40153.
[2] Hidayat Nur, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Depok, Sleman, Jogjakarta 55282.
[3] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, Pustaka Pelajar Yogyakarta 55167
[4] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, Pustaka Pelajar Yogyakarta 55167
[5] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, Pustaka Pelajar Yogyakarta 55167
[6] Norma, Tarazi Wahai Ibu Kenali Anakmu, Mitra Pustaka Juli 2001
[7] Norma, Tarazi Wahai Ibu Kenali Anakmu, Mitra Pustaka Juli 2001
[8] Spock Benyamin Menghadapi Anak di Saat Sulit, Delapratasa Publishing KDT 2004
Related Posts
