Pendidikan Huruf Anak Usia Dini

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini- Pernahkah anda mendengar Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ?
Nah,,,,, inilah yang kini ini sedang menjadi trend dan menjadi pembahasan pokok para pemerhati pendidikan Indonesia. Melalui riset dari aneka macam profesional yang berkompeten dibidangnya, hasilnya terciptalah sebuah metode gres yang disebut Pendidikan Karakter Usia Dini.

Pada masa-masa usia 0 sampai 6 tahun, otak anak berkembang sangat pesat sampai 80 persen. Pada usia tersebut otak mendapatkan dan menyerap aneka macam macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Pada usia dini inilah, huruf anak akan terbentuk dari hasil mencar ilmu dan menyerap dari sikap kita sebagai orang bau tanah dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh lantaran itu, lingkungan yang positif akan membentuk huruf yang positif dan sukses.
Apa sih Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini ?

Thomas Lickona - seorang profesor pendidikan dari Cortland University - mengungkapkan bahwa ada sepuluh gejala zaman yang harus diwaspadai lantaran jikalau gejala ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud ialah : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2)penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) imbas peer-group yang besar lengan berkuasa dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya sikap merusak diri, mirip penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang bau tanah dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Lihat juga : Pendidikan anak dalam keluarga dan modelnya

Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia. Selain sepuluh gejala jaman tersebut, problem lain yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia ialah sistem pendidikan dini yang ada kini ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan huruf lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan huruf pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”).

Padahal, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan acting”. Pembentukan huruf sanggup diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus biar menjadi kokoh dan kuat.

Pendidikan huruf ini hendaknya dilakukan semenjak usia dini, lantaran usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat memilih kualitas anak di masa dewasanya. Montessori menyebutnya dengan periode kepekaan (sensitive period). Penggunaan istilah ini bukan tanpa alasan, mengingat pada masa ini, seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini, memang memasuki tahap atau periode yang sangat peka. Artinya, jikalau tahap ini bisa dioptimalkan dengan memperlihatkan aneka macam stimulasi yang produktif, maka perkembangan anak di masa dewasa, juga akan berlangsung secara produktif.

Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang bau tanah membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat memilih kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, 1968).

Sebesar apakah Peran keluarga dalam Pembentukan huruf Anak ?

Keluarga dalam hal ini ialah bintang film yang sangat memilih terhadapmasa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yangbelum lahir sebetulnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yangdikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu.

Menurut Megawangi (2004), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila sanggup tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci sanggup berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan huruf anak. Dengan kata lain, menyebarkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik ialah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh lantaran itu diharapkan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan huruf merupakan ”PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih melihat kondisi huruf bangsa dikala ini yang memprihatinkan serta kenyataan bahwa insan tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi insan yang berkarakter baik, alasannya ialah berdasarkan Aristoteles (dalam Megawangi, 2004), hal itu merupakan hasil dari perjuangan seumur hidup individu dan masyarakat. 
1. Keluarga sebagai Tempat Pertama Pendidikan Karakter Anak

Bagi seorang anak, keluarga merupakan daerah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB (dalam Megawangi, 2004), fungsi utama keluarga adalah”sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, menyebarkan kemampuan seluruh anggotanya biar sanggup menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memperlihatkan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga, sejahtera”.

Menurut pakar pendidikan, William Bennett (dalam Megawangi, 2004), keluarga merupakan daerah yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, cita-cita untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.

Dari paparan ini sanggup disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan huruf anak. Apabila keluarga gagal melaksanakan pendidikan huruf pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk huruf anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh lantaran itu, setiap keluarga harus mempunyai kesadaran bahwa huruf bangsa sangat tergantung pada pendidikan huruf anak di rumah. (Latifah;2011)
2. Pola Asuh dalam Pendidikan Karakter Anak di Keluarga

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis contoh asuh yang diterapkan orang bau tanah pada anaknya. Pola asuh sanggup didefinisikan sebagai contoh interaksi antara anak dengan orangtua yang mencakup pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat biar anak sanggup hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah;2011). Dengan kata lain, contoh asuh juga mencakup contoh interaksi orang bau tanah dengan anak dalam rangka pendidikan huruf anak. Makara gaya yang diprankan orang bau tanah dalam menyebarkan huruf anak sangat penting, apakah ia otoriter, demokratis atau permisif.

Dari paparan di atas terang bahwa jenis contoh asuh yang diterapkan orang bau tanah kepada anaknya sangat memilih keberhasilan pendidikan huruf anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan huruf yang baik.
3. Nilai Karakter yang Penting Harus Ditanamkan dalam Keluarga

Ruang lingkup nilai huruf yang semestinya dikembangkan di lingkungan keluarga berdasarkan Ratna Megawangi ialah sebagai berikut :

    Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
    Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
    Kejujuran
    Hormat dan Santun
    Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
    Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
    Kepemimpinan dan Keadilan
    Baik dan Rendah Hati
    Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
    4K ( kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan)

Sedangkan berdasarkan sumber dari Balitbang, Kementerian Pendidikan Nasional, bahwa ruang lingkup nilai moral dalam rangka pembentukan huruf yang harus dikembangkan di lingkungan keluarga ialah sebagai berikut:
  • Religius: Sikap dan sikap yang patuh dalam melaksanakan pedoman agamadianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
  • Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya mengakibatkan dirinya sebagai orangselalu sanggup mendapatkan amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
  • Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
  • Disiplin: Tindakan yang memperlihatkan sikap tertib dan patuh pada aneka macam ketentuan dan peraturan.
  • Kerja Keras: Perilaku yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi aneka macam kendala mencar ilmu dan tugas, serta menuntaskan kiprah dengan sebaik-baiknya.
  • Kreatif: Berpikir dan melaksanakan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil gres dari sesuatu yang telah dimiliki.
  • Mandiri: Sikap dan sikap yang tidak gampang tergantung pada orang lain dalam menuntaskan tugas-tugas.
  • Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
  • Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
  • Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
  • Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
  • Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berkhasiat bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
  • Bersahabat/Komuniktif: Tindakan yang memperlihatkan rasa bahagia berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
  • Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang mengakibatkan orang lain merasa bahagia dan kondusif atas kehadiran dirinya.
  • Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca aneka macam bacaan yang memperlihatkan kebajikan bagi dirinya.
  • Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan menyebarkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
  • Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi dukungan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
  • Tanggung-jawab: Sikap dan sikap seseorang untuk melaksanakan kiprah dan kewajibannya, yang seharusnya beliau lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (Balitbang Kemendiknas, 2010: 8)
Maka dari itu, anda sebagai orang bau tanah hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memperlihatkan pendidikan huruf yang baik. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang tanpa ada rasa ragu dalam mengambil keputusan.

Lihat juga : Tips mencerdaskan anak semenjak dini

Ada 3 nilai yang banyak dikondisikan sebagai hal yang menghipnotis huruf pada anak dan yang dijadikan dasar Pendidikan Karakter Anak Usia Dini :

Yang pertama TUMBUHKAN PEMAHAMAN POSITIF PADA DIRI ANAK SEJAK USIA DINI, salah satunya dengan cara memperlihatkan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih bisa untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara pribadi atau secara halus, dan seterusnya.
Selanjutnya BIASAKAN ANAK BERSOSIALISASI DAN BERINTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN SEKITAR. Pilihan terhadap lingkungan sangat memilih pembentukan huruf anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan huruf sehat dan baik, begitu pula sebaliknya.
Dan yang terakhir BIASAKAN MEMBANGUN HUBUNGAN SPIRITUAL ANAK DENGAN TUHAN YANG MAHA ESA. Hubungan spiritual dengan Tuhan terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang, Departemen Pendidikan Nasional, III. (2010). Jakarta Erikson, E.H. (1968). Identity: Youth and Crisis. NewYork: Norton.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character. How Our School can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Lickona, Thomas. (2004). Character Matters. How To Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essencial Virtues. New York: Bantam Books.
Megawangi, Ratna. (2010). Pengembangan Program Pendidikan Karakter di Sekolah; Pengalaman Sekolah Karakter. Makalah. IHF,JKT .
Melly Latifah. (2001). Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Anak. Makalah. Diunduh dari http://indo2.islamic-world.net
Parenting Research Centre. (2003). Your Family as A Team. Melbourne: Australia
Related Posts